Jumat, 19 September 2014

Kapal Niaga (INSTRUMENTASI DAN NAVIGASI)


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang ±70 % wilayahnya merupakan lautan yang mana
memiliki potensi sumberdaya kelautan yang sangat melimpah. Seiring dengan perkembangan
jaman lautan bukan hanya diguakan sebagai sarana untuk sumberdaya penangkapan hasil laut
saja melainkan dapat digunakan sebagai sarana transportasi untuk perdagangan nasional atau
bahkan internasional contohnya perdagangan antar pulau atau bisa juga ekspor impor.
Perkembangan industrialisasi maritim di Indonesia yang semakin pesat, menimbulkan
persaingan yang ketat bagi para pelaku bisnis (perusahaan) dalam menawarkan produknya.
Adanya persaingan antar perusahaan maritim ini, tentunya membuat perusahaan-perusahaan
yang ada saling berkompetisi untuk menjadi perusahaan maritim yang terbaik di pasar
nasional maupun global.
Pelayaran adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan diperaiaran,
kepelabuhan, serta keamanan dan keselamatannya. Secara garis besar pelayaran dibagi
menjadi dua yaitu pelayaran niaga (yang terkait dengan kegiatan komersial) dan pelayaran
Non Niaga (yang terkait dengan kegiatan non komersil seperti pemerintahan dan bela
Negara) (Syarif, 2008).
Angkutan luar negeri diselenggarakan dengan kapal berbendera Indonesia dan asing,
oleh: perusahaan pelayaran nasional yang memiliki minimal satu kapal berbendera Indonesia,
berukuran 175GT; perusahaan pelayaran patungan, antara perusahaan asing dengan
perusahaan nasional yang memiliki minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran
5,000GT; dan perusahaan pelayaran asing, yang harus diageni oleh perusahaan nasional
dengan kepemilikan minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 5,000GT untuk
pelayaran internasional atau minimal satu kapal berbendera Indonesia, berukuran 175GT
untuk pelayaran lintas batas.
Kapal Niaga atau dalam bahasa penjajah disebut commercial ship atau disebut juga merchant
ship adalah suatu kapal laut yang digunakan untuk mengangkut barang-barang antar pulau
(intern sulair) atau bahkan antar negara (ocean going). Jenis kapal niaga sangat banyak
tergantung dari apa benda atau barang yang akan dimuat. Secara garis besar kapal niaga
dibagi menjadi dua jenis yaitu kapal barang (cargo ship) dan kapal penumpang (passanger
ship). Oleh karena itu kapal niaga dilengkapi dengan ruang muat (palka) crane-crane untuk
keperluan bongkar muat barang (Purbayanto et al, 2004).

Makalah instrumentasi dan navigasi mengenai kapal niaga ini diharapkan mampu
membuat mahasiswa mengetahui kapal niaga sebagai sarana ransportasi laut yang sangat
bermanfaat dalam perdangangan ataupun pelayaran nasional atau internasional. Mengetahui
apa itu kapal niaga serta bagian-bagian dari kapal niaga tersebut.
B.Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut
1. untuk melengkapi tugas kuliah semseter IV dalam mata kuliah instumentasi dan Navigasi
mengenai kapal niaga.
2. untuk mengetahui kapal niaga secara umum beserta sarana dan prasarana didalamnya
serta fungsi dari kapal niaga itu sendiri.
3. Dan untuk mengetahui sejarah transportasi laut Indonesia

BAB II
LANDASAN TEORI
A.Study Area
Kapal Niaga atau dalam bahasa penjajah disebut commercial ship atau disebut juga
merchant ship adalah suatu kapal laut yang digunakan untuk mengangkut barang-barang
antar pulau (intern sulair) atau bahkan antar negara (ocean going). Jenis kapal niaga sangat
banyak tergantung dari apa benda atau barang yang akan dimuat. Secara garis besar kapal
niaga dibagi menjadi dua jenis yaitu kapal barang (cargo ship) dan kapal penumpang
(passanger ship). Oleh karena itu kapal niaga dilengkapi dengan ruang muat (palka) cranecrane
untuk keperluan bongkar muat barang (Purbayanto et al, 2004).
Laut merupakan perairan yang luas di permukaan bumi yang memisahkan atau
menghubungkan suatu benua dengan benua lainnya dan suatu pulau dengan pulau lainnya.
Laut dimanfaatkan sebagai sarana transportasi laut yang sangat efisien terutama kapal niaga
untuk pengiriman barang ataupun untuk sarana lain. Jalur yang sering dilewati kapal niaga
adalah Kawasan Barat ke Timur, yang ditandai antara lain dengan meningkatnya sea-borne
trade melalui Selat Malaka, salah satu dari Sea Lane of Communication (SLOC) di Asia
Pasifik . Rata-rata setiap 6-7 menit sebuah kapal besar melintas di selat ini.
B.Metode Penelitian
Dalam proses pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode kajian pustaka.
Kajian pustaka adalah berupa data yang didapat dari buku-buku tentang perikanan dan
artikel-artikel di internet.

BAB III
PEMBAHASAN
1.1 Kapal Niaga
Kapal Niaga atau dalam bahasa penjajah disebut commercial ship atau disebut juga
merchant ship adalah suatu kapal laut yang digunakan untuk mengangkut barang-barang
antar pulau (intern sulair) atau bahkan antar negara (ocean going). Jenis kapal niaga sangat
banyak tergantung dari apa benda atau barang yang akan dimuat. Secara garis besar kapal
niaga dibagi menjadi dua jenis yaitu kapal barang (cargo ship) dan kapal penumpang
(passanger ship). Oleh karena itu kapal niaga dilengkapi dengan ruang muat (palka) cranecrane
untuk keperluan bongkar muat barang (Purbayanto et al, 2004).
A.Struktur dan Rantai Komando di Kapal Niaga
Nakhoda adalah penanggungjawab umum diatas kapal, nakhoda pada dasarnya adalah
perwira dek. Biasanya terdapat tiga bagian di kapal niaga, yaitu bagian Dek, bagian Mesin,
dan bagian Katering atau logistik. Penggunaan tenaga orang kini sudah semakin banyak
dikurangi, karena menggunakan teknologi dan sistem mesin yang semakin maju dan modern
(Purbayanto et al, 2004).
Integrated Crew (awak kapal serbaguna) adalah awak kapal yang mempunyai
kemampuan khusus sehingga mampu bekerja dibagian dek maupun mesin. Kebutuhan akan
awak kapal yang memiliki kemampuan dan kekuatan yang baik sangat tergantung pada
pemilik, tipe, jenis muatan, dan usia kapal. Contohnya, kebutuhan akan awak pada kapal
penumpang/pesiar sangat berbeda dengan kapal niaga. Pada kapal penumpang/pesiar lebih
banyak membutuhkan awak kapal dibagian katering/logistik, bagian keamanan, dll,
tergantung pada ukuran kapal dan lama atau jauhnya pelayaran yang ditempuh (Ardidja,
Supardi. 2007).
B.Bagian Dek
- Biasanya terdiri dari Mualim I (sering juga disebut chief mate) yang bertanggung jawab
atas bagian dek. Mualim I bertanggung jawab muatan kapal, stabilitas kapal, perawatan
kapal, pekerjaan di dek/palka dan seluruh awak kapal.
- Mualim I biasanya bertugas jaga mulai pukul 04.00 s.d. 08.00 dan pukul 16.00 s.d. 20.00.
- Mualim II adalah mualim yang bertanggung jawab atas navigasi kapal dibawah perintah
nakhoda. Bertanggung jawab atas semua peralatan di anjungan, seluruh alat navigasi,

peta, koreksi/perubahan peta, dan semua berita navigasi, ruang peta dan lain-lain. Juga
bertanggung jawab mempersiapkan rencana alur pelayaran di peta berdasarkan instruksi
dari nahkhoda, menuangkannya pada peta, mempersiapkan berita/nota tugas dari
nakhoda kepada Kepala Kamar Mesin dan mencatat/memplot posisi kapal pada peta
setiap siang hari selama pelayaran.
- Mualim II biasanya bertugas jaga pada pukul 12.00 s.d.16.00 dan 24.00 s.d.04.00 dalam
pelayaran.
- Mualim III adalah mualim keselamatan di kapal, ia bertanggung jawab atas perawatan dan
kesiapan serta pengoperasian alat-alat keselamatan kapal dan peralatan pemadam
kebakaran, alat peringatan darurat, sekoci, dan pelampung penyelamat (life raft).
- Biasanya mualim III bertugas jaga pukul 08.00 s.d.12.00 dan pukul 20.00 s.d.24.00 selama
pelayaran.
- Kadet melaksanakan tugas-tugas di kapal di bawah pengawasan langsung Mualim I.
Mereka belajar segala hal yang berhubungan dengan perawatan kapal, pekerjaan
bongkar-muat barang, pengoperasian alat-alat kerja, navigasi dan lain-lain dalam
rangka mempersiapkan diri untuk mengikuti tes sebagai syarat untuk mendapatkan
sertifikat.
- Kadet biasanya kerja lebih berat dengan upah rendah dan selalu siap dan waspada terhadap
apa saja yang terjadi diatas kapal. Mereka sering harus melakukan pekerjaan yang tidak
mau dilakukan oleh awak kapal lainnya.
- Awak kapal dek berada dibawah perintah Mualim I, melaksanakan semua perintah yang
diberikan dengan penuh tanggung jawab dari bagian dek. Julukan awak kapal dek
berbeda-beda tergantung dari bendera kapal, misalnya di Australia, awak kapalberarti
Integrated Rating. Pada negara lain disebut Awak kapal Serba Guna.
C.Bagian Mesin
Pada saat ini banyak kapal memiliki awak kapal serba guna (integrated rating) yang
dipekerjakan baik di bagian dek maupun di bagian mesin sesuai kebutuhan.
- Kepala Kamar Mesin adalah penanggung jawab terhadap kamar mesin dan
pembukuan/administrasinya. Ia menghubungi (melalui nakhoda) kantor pusat atas
segala permintaan/permohonan untuk kamar mesin seperti suku cadang,permohonan
bunker,dan lain-lain.
- Juru Motor I (beberapa kapal disebut second) adalah orang yang sebenarnya
melaksanakan tugas menjalankan mesin kapal. Dia mendelegasikan tanggung
jawab/tugas, mengatur jadwal perawatan pada baik di laut maupun di darat. Dia

bertanggung jawab atas mesin induk. Dia bertugas jaga pada waktu yang sama dengan
KKM (tetapi di kamar mesin), hal ini sangat membantu kedua perwira tersebut (KKM
dan Juru Motor I) karena mereka dapat mudah mendiskusikan hal-hal yang berkaitan
dengan lingkup tugasnya dan bila ada masalah akan dapat segera menyelesaikannya.
- Juru Motor II biasanya bertanggung jawab atas generator di kapal.
- Juru Motor III biasanya bertugas jaga sama dengan Juru Motor II (di Kamar Mesin)
- Juru motor IV biasanya bertugas jaga sama dengan Juru Motor I.
- Juru Motor Elektrik/Electrician bertanggung jawab langsung kepada Juru motor
Sesuai dengan julukannya, ia bertugas atas perawatan umum atas semua alat-alat
elektrik di kapal. Kebanyakan kapal-kapal sekarang tidak menggunakan electrician lagi.
- Awak kapal bagian mesin adalah orang yang melaksanakan seluruh perintah juru motor
I sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya.
D.Bagian Katering/Logistik
Bagian katering terdiri dari kepala pelayan, perwira-perwira dan juru masak serta
pelayan-pelayan. Biasanya kepala pelayan disebut juga perwira cilik/kecil yang bertanggung
jawab langsung kepada nakhoda. Beberapa kapal juga memiliki juru tulis/administrator,
tetapi hal ini sudah sangat jarang. Saat ini sudah tidak terdapat lagi jabatan penerimaan radio
operator di kapal-kapal niaga. Dengan adanya aturan baru tentang GMDSS (General
Maritime Distress and Safety System) atau Sistem Keselamatan dan Darurat Pelayaran Umum
sudah tidak terdapat lagi Radio Operator pada kapal niaga (Tjiptono, 2008).
Hal ini terjadi karena IMO (International Maritim Organization) memberlakukan
terhadap seluruh kapal niaga untuk memenuhi ketentuan yang mewajibkan seluruh perwira
dek memiliki dan mampu mengoperasikan perlengkapan GMDSS. Pada kenyataannya, masih
terdapat kapal dari beberapa negara yang masih memiliki Radio Operator, meskipun hal
ersebut melanggar aturan GMDSS. Hal ini disebabkan, terutama karena serikat pekerja di
negara tersebut melarang perusahaan perkapalan menyia-nyiakan Radio Operator
(Purbayanto et al, 2004).
1.2 Sejarah Pelayaran Laut Indonesia
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 1800 pulau.
Pulau-pulau itu dipisahkan oleh laut dan selat, sehingga untuk menghubungkan antara pulau
satu dengan yang lainnya dibutuhkan sarana tranportasi yang memadai. Kapal laut
merupakan sarana yang penting di dalam aktifitas hubungan antara masyarakat dari pulau
yang satu dengan pulau yang lainnya, hal ini juga menyebabkan bahwa bangsa indonesia

mendapat julukan sebagai bangsa pelaut, karena mereka telah terbiasa mengarungi lautan di
wilayah Nusantara (Setianto, 2007).
Bukti-bukti yang menunjukan bahwa bangsa Indonesia telah memanfaatkan kapalkapal
sebagai sarana penting dalam transportasi laut, seperti yang tergambar pada relief-relief
Candi Borobudur dalam bentuk perahu bercadik yang telah mampu berlayar sampai ke Pulau
madagaskar (Afrika). Juga pembuatan perahu Pinisi yang dilakuan oleh bangsa Makassar di
Sulawesi Selatan
Teknologi pembuatan kapal di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
pesat setelah mendapat pengaruh asing. Dari para pelaut asing itulah bangsa Indonesia
memperoleh tambahan pengetahuan teknologi navigasi dan pelayaran, sehingga akhirnya
Indonesia memiliki Idustri kapal yang modern.
Industri perkapalan berawal dari sebuah bengkel tempat mereparasi kapal. Kemudian
bengkel itu berkembang menjadi industri yang merancang dan membangun kapal sebagai
sarana transportasi laut, dan dioperasikan oleh PT. Pelayaran laut Nasional Indonesia (PT.
PELNI). Industri kapal Indonesia dimotori oleh PT. PAL Indonesia. Perusahaan ini
merupakan sebuah BUMN. Pendiri perusahaan kapal ini telah dirintis sejak tahun 1823, yaitu
pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Ide pendirian bengkel reparasi kapal laut ini
dimunculkan oleh Gubernur General Hindia belanda V.D. Capellen. Nama perusahan itu
adalah NV. Nederlandsch Indische Industrie (Purbayanto et al, 2004).
Pada tahun 1849, sarana perbaikan dan pemeliharaan kapal mulai terwujud di daerah
Ujung, surabaya. namun pada tahun 193 pemerintah Hindia Belanda mengganti nama
menjadi Marine Establishment (ME). ME berfungsi sebagai sebuah pabrik pemeliharaan dan
perbaikan kapal. Pada masa pendudukan jepang, ME tidak berubah fungsi dan tetap menjadi
bengkel reparasi dan perbaikan kapal-kapal angkatan laut tentara Jepang dibawah
pengawasan Kaigun. Tetapi pada masa perang kemerdekaan, ME kembali dikuasai Belanda
dan baru diserahkan pada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Sejak saat itu nama
perusahaan kapal laut tersebut diubah menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL).
Pada tahun 1978, status PT. PAL diubah menjadi perusahaan umum (Perum) PAL. 3
tahun kemudian, yaitu pada tahun 1981 bentuk badan usaha Perum PAL diubah menjadi
perseroan dengan pimpinan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie (saat itu menjabat sebagai menristek).
PT. PAL memproduksi berbagai jenis kapal, mulai dari kapal ikan, kapal niaga, kapal perang,
tugboat, tanker, kapal penumpang dan kapal riset. Kapal riset buatan PT. PAL adalah kapal
Baruna Jaya VIII milik LIPI (Makmur, 2009).
Sementara itu upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang trasportasi
laut antara lain merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas infrastruktur yang ada, seperti
pengadaan kapal Feri dan kapal pengangkut barang, perbaikan pelabuhan-pelabuhan laut,
terminal peti kemas dan dermaga-dermaga. hal itu bertujuan untuk lebih memperlancar lalu
lintas antar pulau, meningkatkan perdagangan domestik dan internasional Indonesia (Iksan,
2009)

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Kapal Niaga atau dalam bahasa penjajah disebut commercial ship atau disebut juga
merchant ship adalah suatu kapal laut yang digunakan untuk mengangkut barang-barang
antar pulau (intern sulair) atau bahkan antar negara (ocean going). Jenis kapal niaga sangat
banyak tergantung dari apa benda atau barang yang akan dimuat. Secara garis besar kapal
niaga dibagi menjadi dua jenis yaitu kapal barang (cargo ship) dan kapal penumpang
(passanger ship). Serta bagian bagian dalam kapal niaga diantaranya Struktur dan Rantai
Komando di Kapal Niaga, Bagian Dek, Bagian Mesin, Bagian Katering/Logistik.
Sejarah pelayaran di Indonesia sudah dibuktikan dengan relief dalam aCandi
Borobudur dimana dalam sejarahnya kapal yang digunakan pertama kali adalah kapal
bercadik yang kemudian berkembang menjadi kapal Pinisi di Makassar Sulawesi Selatan.
Pelayaran mulai berkembang dan pada tahun 1823 Indonesia merintis PT. Pelayaran laut
Nasional Indonesia (PT. PELNI) dan dimotori oleh PT. PAL Indonesia. Akhirnya pada tahun
1978, status PT. PAL diubah menjadi perusahaan umum (Perum) PAL. 3 tahun kemudian,
yaitu pada tahun 1981 bentuk badan usaha Perum PAL diubah menjadi perseroan dengan
pimpinan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie (saat itu menjabat sebagai menristek). PT. PAL
memproduksi berbagai jenis kapal, mulai dari kapal ikan, kapal niaga, kapal perang, tugboat,
tanker, kapal penumpang dan kapal riset. Kapal riset buatan PT. PAL adalah kapal Baruna
Jaya VIII milik LIPI.
B.SARAN
Perlu adanya kerjasama antar berbagai pihak yang bersangkutan mengenai Kapal
Niaga,bisa melalui pemerintah dan investor agar dapat mengembangkan Kapal Niaga
menjadi sarana transportasi laut yang aman dan nyaman.
10

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin. 2009, “Metodologi Penelitian Sosial”. Jakarta: Bumi Aksara.
Ellitan, Lena dan Lina Anatan. 2008. “Manajemen Strategi Operasi: Teori dan Riset di
Indonesia”.Bandung:Alfabeta.
Ardidja, Supardi. 2007. Kapal Penangkap Ikan. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/19583983/Kapal-Penangkap-Ikan. Tanggal 30 April 2014
pada jam 20.39 WIB
Ariyanto, Mega. 2009. Pembuatan Kapal Non Baja dan Penggunaannya.
http://egaage.blogspot.com/2009/10/pembuatan-kapal-non-baja-dan.html. Tanggal 30
April 2014 pada jam 19.42 WIB.
Haming, Murdifin dan Mahfud Nurna Jamuddin.2007. “Manajemen Produksi Modern:
OperasiManufaktur dan Jasa” Buku Kesatu, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Haming, Murdifin dan Mahfud Nurna Jamuddin. 2007. “Manajemen Produksi Modern:
Operasi Manufaktur dan Jasa” Buku Kedua, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Iksan. 2009. “Manajemen Strategis Dalam Kompetisi Pasar Global” Jakarta: Gaung
Persada.
Makmur.2009.“Teori Manajemen Strategi Dalam Pemerintahan dan
Pembangunan”.Bandung:Refika Aditama.
Purbayanto et al. 2004. Kajian Teknis Kemungkinan Pengalihan Pengaturan Perijinan dari
GT menjadi Volume Palka pada Kapal Ikan. Makalah tentang “Paradigma baru
pengelolaan perikanan yang bertanggungjawab dalam rangka mewujudkan kelestarian
sumberdaya dan manfaat ekonomi maksimal” 10-11 Mei 2004.
Setianto, Indradi. 2007. Kapal Perikanan. UNDIP. Semarang
Sule ,Ernie Tisnawati & Kurniawan Saefullah.2008.“Pengantar Manajemen”, Edisi Pertama,
Jakarta: Kencana Prenada Group.
Sugiyono. 2010.”Metode Penelitian Administrasi”, Bandung: Alfabeta.
Sutarno. 2012.”Serba-serbi Manajemen Bisnis”,cetakan I, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suyanto, M. 2007. “Strategic Management: Global Most Admired Companies”. Yoyakarta:
Andi.
Sutarno. 2012.”Serba-serbi Manajemen Bisnis”, cetakan I, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suyanto, M. 2007. “Strategic Management: Global Most Admired Companies”.
Yoyakarta:Andi.
11
Syarif, Hidayat. 2008. Analisa Probabilitas Kerusakan pada Konstruksi Lambung Kapal
Kayu dengan Sistem Pantek dan Sistem Overlapping Menggunakan Distribusi Weibull.
Http://digilib.its.ac.id/detil .php?id=2470. Tanggal 30 April 2014 pada jam 20.39 WIB
Tjiptono,Fandy.2008.”Stategi Bisnis”.Yogyakarta:Andi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar