Jumat, 19 September 2014

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN STUDI EKONOMI PERIKANAN PESISIR PANTAI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perairan Indonesia sangat luas, terdiri atas lautan dan perairan umum (air tawar). Potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki oleh perairan tersebut, baik untuk kegiatan penangkapan (capture) maupun budi daya (culture) mencapai 65 juta ton per tahun. Dari potensi 65 juta ton tersebut 57,7 juta ton merupakan potensi perikanan budidaya. Produksi ikan Indonesia pada tahun 2004 mencapai 6 juta ton (9%), yang terdiri atas 4,1 juta ton hasil tangkapan ikan laut; 0,5 juta ton hasil tangkapan ikan di perairan umum; dan sisanya 1,4 juta ton berasal dari usaha budidaya, masing-masing 0,7 juta ton hasil budidaya laut, 0,4 juta tob budidaya tambak/payau, dan 0,3 juta ton budidaya perairan umum. Produksi hasil perikanan budidaya sebesar 1,4 juta ton berarti tingkat pemanfaatan potensi perikanan budidaya baru mencapai sekitar 2,4% (Ghufran, 2008).
Udang vaname meruapakan salah satu komoditi perikanan yang mampu mencapai  pasar ekspornya, dimana komoditi ini cukup menonjol dan berkembang sangat pesat, selama sekitar 10 tahun terakhir. Hal ini disebabkan besarnya permintaan pasaran lokal dan internasional, sehingga membuat masyarakat berinisiatif untuk mengembangkan usaha udang vaname dengan cara budidaya tambak selain dengan mengusahakan secara tradisional maupun intensif. Khusus dalam komoditi perikanan diperlukan suatu keseimbangan pasar yang mengarah pada kestabilitasan harga.Untuk itu, pemerintah harus mengambil suatu kbijakan-kebijakan yang tepat sasaran. Kebijakan harga pada komoditi perikanan seperti pada penetapan harga produksi hasil perikanan biasanya dengan memperhitungkan tingkat kuntungan yang ingin dicapai. Semakin besar margin keuntungan yang ingin didapat , maka menjadi tinggi pula harga yang ditetapkan untuk konsumen namun diseimbangkan dengan tingkat kualitas barang (Bernabae,1990)
Secara teknis budidaya udang vaname dapat dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia, karena didukung oleh sumber daya alam dan iklim yang sesuai, akan etapi untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, diperlukan intensifikasi pemeliharaan dan technological engineering terutama dalam penyediaan bibit yang dipijahkan secara teknologis. Oleh sebab itu untuk keberlanjutan pembudidayaan dengan baik perlu adanya kerjasma atau dukungan dari pihak yang terkait dalam hal tersebut contohnya pemerintahan. Dimana nantinya hal ini dapat menaikkan produksi serta menaikkan taraf hidup masyarakat.


I.2 Tujuan
            Agar mahasiswa mampu mengetahui dan mengkaji aspek-aspek sosial ekonomi perikanan baik penangkapan, budidaya, pasca panen maupun pengolahan.
I.3 Manfaat
Dapat mengetahui sekaligus mengkaji aspek-aspek sosial ekonomi perikanan baik penangkapan, budidaya, pasca panen dan pengolahan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kondisi Umum Lokasi Praktikum
Kabupaten Kulon Progo memiliki luas wilayah 58.627,512 ha (586,28 km2) dengan total penduduk 470.520 jiwa dengan kepadatan 802,57 jiwa/ km2. Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kecamatan, yaitu Galur, Girimulyo, Kalibawang, Kokap, Lendah, Nanggulan, Panjatan, Pengasih, Sentolo, Samigaluh, Temon, dan Wates. Kecamatan tersebut terbagi lagi atas 88 desa dan 1 kelurahan dan 930 Pedukuhan (sebelum otonomi daerah dinamakan Dusun), 1.885 rukun warga dan 4.469 rukun tetangga. Pusat pemerintahan di Kecamatan Wates  yang berada sekitar 25 km sebelah barat daya dari pusat Ibukota Provinsi DIY, di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Yogyakarta-Bandung). Kabupaten Kulon Progo relatif mudah dijangkau dengan menempuh jalur darat dari arah barat, timur maupun utara karena letaknya yang berada di tengah pulau Jawa. Kabupaten Kulon Progo dilewati oleh 2 prasarana perhubungan yang merupakan perlintasan nasional di Pulau Jawa, yaitu jalan Nasional sepanjang 28,57 km dan jalur Kereta Api sepanjang kurang lebih 25 km.

II.2 Kegiatan Budidaya
Usaha perikanan budidaya adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan dan membiakan suatu organisme air dan memanen hasilnya dalam lingkungan terkontrol. Pada usaha perikanan budidaya, orang yang disebut sebagai pembudidaya adalah orang yang melakukan pekerjaan sebagai anggota rumah tangga maupun buruh atau tenaga kerja (Anggadiredja dkk, 2008).
Usaha perikanan budidaya terus diupayakan dalam rangka meningkatkan kontribusinya bagi pembangunan nasional. Peningkatan kontribusi tersebut difokuskan pada pencapaian tujuan pembangunan perikanan budidaya, yaitu meningkatkan devisa, pendapatan, lapangan kerja, dan kesempatan berusaha; meningkatkan gizi masyarakat melalui konsumsi ikan, melindungi, memulihkan serta memelihara sumberdaya perikanan budidaya, melalui upaya tersebut sector perikanan budidaya diyakini mampu menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan dan menyerap tenaga kerja dan menjadi pijakan bagi pertumbuhan ekonomi nasional ( Ariyanto, 2005 ).

III. METODE
Praktikum lapangan dilaksanakan pada hari Jum’at - Sabtu, 1-2 Juni 2013 di Dusun Pasir Mendit,Kulon Progo, Yogyakarta. Lokasi ini dipilih karena :
1.      Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petambak.
2.      Usaha terintegrasi dari produksi sampai ke pasca panen, serta pemasaran hasil perikanan.
Metode kajian adalah metode survey dan observasi lapangan. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Proses pengumpulan dilakukan melalui interaksi secara langsung dengan responden. Penelitian survey dapat digunakan untuk eksplorasi, deskriptif, maupun penjelasan dan prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang. Populasi yang menjadi pusat kajian ini adalah petambak udang vaname. Pemilihan sampel menggunakan metode snowball sampling. Metode snowball sampling merupakan metode pemilihan responden dengan pemilihan dengan sejumlah kecil dari populasi dengan karakteristik tertentu, yang selanjutnya dijadikan responden, yang diminta untuk memberikan rekomendasi untuk responden berikutnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Keadaan umum Dusun Pasir Mendit Kulon Progo
Dusun Pasir Mendit Kulon Progo merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Desa ini memiliki lahan tambak yang sangat luas, memiliki akses jalan raya yang minim, akses jalan raya hanya 1 jalur yaitu hanya mampu melewati daerah Purworejo Jawa Tengah dan baru akan masuk ke Desa tersebut sehingga membuat distribusi dan pemasaran hasil perikanan khususnya hasil budidaya / tambak menjadi tersendat. Desa ini merupakan salah satu desa pesisir yang memiliki potensi besar untuk suatu usaha perikanan yang mana pada desa ini potensi yang dikembangkan adalah budidaya udang vaname. Di Dusun Pasir Mendit Kulon Progo, sebagian besar para petambak memilih komoditas udang vaname untuk dibudidayakan. Hal ini dikarenakan perawatan dan cara pemeliharaan yang cukup mudah dibanding dengan komoditas yang lain. Berdasarkan observasi lapangan yang telah dilakukan, para petambak di desa ini masih melakukan kegiatan budidaya dengan cara yang sederhana atau tradisional namun sebagian besar sudah mulai mengarah ke teknologi yang modern. Hal ini dapat dibuktikan dengan penebaran bibit yang padat tebar, lalu sudah banyaknya kicir angin yang berfungsi sebagai aerasi untuk kehidupan udang, dan meningkatnya produktivitas sehingga hasilnya hampir mencapai maksimal.
IV.2 Sarana dan prasarana ( Pendukung Kegiatan Perikanan )
Kegiatan perikanan yang dominan di Dusun Pasir Mendit adalah budidaya. Hal ini didukung dengan tersedianya lahan yang sangat luas untuk kegiatan budidaya maupun tambak. Berdasarkan informasi yang diperoleh, harga dan luas tambak berbeda-beda, semakin mendekati pantai, luas kolam tambak semakin besar dan semakin mahal. Kolam yang berada cukup jauh dari pantai harga nya tidak semahal kolam di pinggir pantai. Hal ini dikarenakan masalah pasokan air, kolam yang jauh dari pesisir pantai, pasokan air tergolong minim sehingga menyebabkan kendala bagi para petambak. Kegiatan budidaya di Dusun Pasir Mendit Kulon Progo tergolong sudah semua ada mulai dari sarana dan prasarana pendukung, seperti jumlah pompa diesel dan kicir angin diman hal ini sangat penting untuk pemeliharaan udang. Namun apabila ingin meningkatkan produktivitas udang harus mempunyai alat yang lebih modern agar mutu dan kualitas udang pun tetap terjaga.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data sebaran pendidikan petambak ,didapatkan HASIL bahwa 6,49 % dari petambak di pasir mendit tidak sekolah, 14,29% tingkat pendidikan sampai Sekolah Dasar, 23,38% sekolah hanya sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), 40,26 % petambak berpendidikan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 7,79% petambak yang menempuh jenjang pendidikan sampai sekolah menengah kejuruan. Dan juga 7,79% petambak menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Mayoritas dari para petambak memiliki tingkat pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), hanya sedikit dari mereka yang meyelesaikan pendidikannya hingga tingkat perguruan tinggi. Bahkan, ada beberapa petambak di desa tersebut tidak bersekolah.  Ini Menandakan bahwa pendidikan petambak di pasir mendit masih rendah, sehingga untuk menunjang sumberdaya manusia yang berkualitas khususnya dalam kegiatan perikanan perlu adanya suatu penyuluhan dan kebijakan – kebijakan terkait dari pemerintah untuk meningkatkan sumberdaya manusia di bidang perikanan.

Kelompok usia nelayan yang paling banyak di daerah Pasir Mendit berkisar antara 41-45 tahun, sedangkan kelompok usia 71-75 tahun sangat sedikit yang terlibat dalam kegiatan budidaya. Sebaran umur petambak di desa Pasir Kadilangu didominasi oleh kelompok usia 40 tahunan. Pada kasaran umur itu, tergolong usia yang produktif. untuk regenerasi para penambak yang berumur kisaran 20-30 tahunan masih terbilang banyak. Hal ini dikarenakan para petambak, beberapa sudah memepercayakan usahanya kepada anak-anaknya untuk memegang kendali usaha tambak udang vaname. Meskipun para orang tua ingin anaknya mempunyai pekerjaan yang lebih baik. Data sebaran umur dapat digunakan untuk menganalisis dan mengetahui human resources yang ada di suatu wilayah tertentu berdasarkan umur, untuk mengambil kebijakan berkaitan tentang kependudukan, serta dapat digunakan untuk berbagai macam proyeksi.
 
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil pengamatan, wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa lama pengalaman petambak yang terbanyak adalah 0-3 tahun pengalaman, sedangkan lama pengalaman yang tercatat paling lama adalah selama 13-15 tahun pengalaman. Tercatat lama pengalaman petambak dengan rentang 0-3 tahun sebesar 76 %, rentang lama pengalaman 4-6 tahun sebesar 8 %, rentang lama pengalaman 7-9 tahun sebesar 3 %, rentang lama pengalaman 10-12 tahun sebesar 11 %, rentang lama pengalaman 13-15 tahun sebesar 3 %. Data lama pengalaman menjadi petambak menunjukkan seberapa lama para petambak yang ada di Pasir Kadilangu telah melakukan kegiatan budidaya perikanan.

Berdasarkan data hasil pengamatan, pekerjaan pokok di Desa Jangkaran adalah sebesar 80% petambak, sebanyak 3% perangkat desa, pedagang, petani, PNS, sebanyak 1% buruh, nelayan, polisi, pensiunan, TNI, SAR, wiraswasta, dan 0% menjadi guru. Maka, sebagian besar pekerjaan pokok warga Desa Jangkaran adalah sebagai petambak. Dari hasil wawancara, pekerjaan sampingan warga Desa Jangkaran adalah sebanyak 7% menjadi buruh, 56% menjadi petambak, 26% menjadi petani. Maka dapat disimpulan pekerjaan pokok adalah seorang petambak.
Kegiatan perikanan budidaya di Dusun Pasir Mendit Kulon Progo mayoritas atau bahkan seluruhnya dominan membudidayakan komoditas udang vaname. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, para petambak komoditas tersebut dipilih karena mudah dalam memelihara dan merawatnya, disamping untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun internasional. Berikut penjelasan komoditas udang vaname:
Udang Vaname (Penaeus vannamei) di Indonesia merupakan jenis udang introduksi dari kawasan sub-tropis sekitar perairan negara Meksiko, Amerika Latin. Meskipun asal udang vaname dari kawasan sub-tropis, dalam pengembangannya dapat pula dibudidayakan di kawasan tropis secara massal dengan penerapan teknologi dari sederhana hingga intensif.
Bila dibandingkan dengan jenis udang lainnya, udang vaname memiliki karakteristik spesifik seperti adaptasi tinggi terhadap lingkungan suhu rendah, perubahan salinitas (khususnya pada salinitas tinggi), laju pertumbuhan yang relatif cepat pada bulan I dan II dan kelansungan hidup tinggi. Dengan keunggulan yang dimiliki tersebut, jenis udang ini sangat potensi dan prospektif pengembangannya.
Realita yang terjadi diwilayah tersebut, bahwa budidaya udang vaname di desa ini masih menggunakan teknik budidaya sederhana, namun sudah mengarah ke modern dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung contohnya kincir angin dan diesel,serta padat tebar udang vaname juga sudah mulai dipertimbangkan sehingga hasil/produktivitas hampir mencapai maksimal, Kegiatan budidaya udang vaname di desa ini perlu ada penyuluhan tentang budidaya, misalnya masalah penyakit, pengelolaan lahan yang baik dan lain-lain serta  bantuan dana maupun alat sarana dan prasarana penunjang kegiatan budidaya udang vaname agar lebih berkembang lagi sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan para petambak.
IV.5  Permasalahan
Dalam suatu usaha, masalah merupakan hal yang wajar atau lumrah terjadi tak terkecuali dengan kegiatan budidaya di Dusun Pasir Mendit Kulon Progo. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap responden, permasalahan yang paling banyak dihadapi oleh para petambak adalah penyakit yang kerap menyerang komoditas budidaya baik udang vaname, modal usaha, keterampilan dan harga pakan yang cukup mahal.
Pertama adalah masalah ketrampilan budidaya dalam menanggulangi penyakit, berdasarkan pembahasan sebelumnya, sumberdaya manusia penunjang kegiatan budidaya di desa ini masih tergolong minim. Hal ini perlu perhatian serius, karena penyakit pada kegiatan budidaya dapat menghambat bahkan menggagalkan usaha budidaya, terpaksa panen mendadak atau ikan mati semua. Hal ini perlu ditanggulangi dengan pelatihan dan penyuluhan lebih dalam mengenai ilmu budidaya khususnya untuk penanggulangan penyakit pada komoditas budidaya perikanan.
Kedua adalah masalah modal, tidak banyak petambak di desa ini yang memiliki cukup modal untuk memulai usaha budidaya perikanan , sehingga banyak para petambak yang kesulitan. Alternatif untuk mendapatkan modal bisa dari bank, pinjaman dari keluarga maupun tetangga atau lainnya. Hal ini perlu adanya campur tangan pemerintah untuk membantu masalah modal kepada para petambak, agar mampu melakukan kegiatan budidaya sehingga produktivitas dapat ditingkatkan dan menggerakkan roda perekonomian.
Terakhir adalah masalah harga pakan yang cukup mahal. Mayoritas petambak di desa ini adalah budidaya pembesaran udang vaname sehingga pakan merupakan komponen pokok dalam usaha pembesaran. Semakin tinggi harga pakan, maka keuntungan yang diperoleh para petambak semakin kecil. Hal ini perlu adanya teknologi untuk menghasilkan FCR yang lebih efisien pada komoditas budidaya, maupun peran pemerintah untuk memberikan subsidi pakan, sehingga bisa meringankan beban para petambak khususnya di Bakaran Kulon
 
Untuk memulai suatu usaha, diperlukan biaya awal untuk modal usaha tersebut. Seperti pada usaha tambak udang vaname di desa pasir mendit, di perlukan biaya untuk menjalankan roda usaha. Seperti untuk teknologi, pakan, pembuatan kolam/tambak, dan lain sebagainya.
Menurut survei yang dilakukan, perlu biaya yang tak sedikit untuk memulai usaha tambak ini. Seperti biaya untuk pengerukan tanah, dan juga pemasangan molsa (plastik pertanian) dibutuhkan dana kisaran 50-60 juta untuk luas lahan 1000m2. Selain iyu juga, di butuhkan dana lain untuk menujang keberlangsungan usaha. Seperti pembuatan sumur untuk sumber air pada tambak. Pembuatan sumur harganya beragam, tergantung kepada kedalaman sumur. Biasanya, harga untuk pembuatan sumur, ada pada kisaran Rp 1 – 2 Juta. Setelah itu ada alat pompa air. Pompa air , berfungsi untuk memompa air dari sumur untuk dialirkan ke kolam. Harga pompa beragam, tergantung dari merk dan kualitas. Biasanya, petambak menggunakan dua jenis pompa, yaitu pompa yang buatan cina, dan juga pompa buatan jepang. Untuk harga pompa buatan cina, berkisar di harga Rp 2 juta. Sedangkan untuk pompa buatan jepang, harganya berkisar Rp 3 Juta. Perbedaan kedua pompa ini, bisa dilihat dari umur, dan kualitas pompa itu sendiri. Kemudian juga kicir untuk menggerakan air di kolam. Jumlah kicir di tiap kolamnya berbeda bergantung pada luasan kolam. Semakin luas kolam, biasanya kicir yang digunakan juga semakin banyak. Harga satu set kicir berkisar Rp 2 Juta. Untuk menggerakan kicir, diperlukan solar. Untuk harga solar sendiri, berkisar atara Rp 5000 – 6500 perliternya. Dalam satu malam, satu set kicir bisa menghabiskan solar sebanyak 10 liter. Kemudian dalam usaha budidaya udang ini, menganut sistem adlibitum dalam pemberian pakannya. Sehingga pakan yang diberikan terbilang banyak. Harga untuk pakan dalam satu kali siklus pembudidayaan bisa berkisar hingga hampir puluhan juta.
Dari biaya yang telah disutkan diatas, petambak udang bisa merapu keuntungan bersih hingga ratusan juta dalam satu kali siklus. Biasanya, para petambak bisa memanen udang  pada bulan ketiga, ketika udang sudah mencapai ukuran 80-100 ekor perkilogramnya. Dengan harga rata-rata Rp 45.000 untuk tiap kilonya dan hasil yang didapatkan berkisar 2 ton (2000 kg), penambak bisa mendapatkan pendapatan kotor sebesar Rp 90.000.00-, Harga perkilogram udang di tangan pengepul, bergantung pada ukuran udang dalam satu kilogramnya. Semakin sedikit jumlah (ekor) udang dalam datu kilonya, semakin mahal juga harga udang tersebut.



Dalam usaha budidaya yang ditekuni oleh hampir seluruh warga desa, mereka ada yang melakukan usahanya dengan berkelompok, dan juga ada yang melakukannya sendiri-sendiri. Menurut survei yang dilakukan, petambak yang memiliki kelompok, kesejahteraanya lebih tinggi dibandingkan dengan petambak yang melakukan usahanya sendiri-sendiri. Seperti dalam penanganan jika udang terkena penyakitm atau tentang barang yang dibutuhkan ketika panen dilakukan. Sperti ember, timbangan, dan juga yang lainnya.
            Peran kelompok sangat penting bagi para petambak dimana kelompok yang membantu dalam sosialisasi tentang budidaya, serta mampu membantu dalam operasional mulai dari alat, dan sarana prasarana lain. Yang mana nantinya dapt membantu dalam menjalankan usaha budidaya tersebut. Menurut para petambak kelompok sangat berperan penting didalam semua hal sehingga peran dari kelompok sangat dibutuhkan oleh petambak.


V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, maka pengembangan bidang atau komoditas potensial yang didukung oleh sumberdaya alam, sumberdaya manusia serta prasarana dan sarana penunjang yang tersedia baik jumlah maupun kualitas yang memadai, mutlak menjadi bahan pertimbangan. Bidang usaha budidaya udang vaname di Dusun Pasir Mendit Kulon Progo merupakan salah satu peluang usaha yang mempunyai prospek ekonomi dan finansial yang baik dan layak untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayahnya memiliki potensi sumberdaya alam berupa lahan yang sangat luas untuk kegiatan budidaya, tersedianya prasarana dan sarana baik fisik kewilayahan maupun sumberdaya perikanan yang cukup memadai, tersedianya pasar potensial, serta adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah.
V.2 Saran
Perlu perhatian yang serius dari pemerintah setempat maupun instansi terkait terhadap usaha budidaya udang vaname, dalam hal pemberian bantuan modal serta bentuk-bentuk bantuan lainnya dalam rangka membantu mengembangkan usaha ini ke depan , serta mampu memberikan solusi maslah penyakit pada udang agar dapat ditanggulangi dengan baik dan benar.


VI. DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, dkk. 2008. Rumput laut .Jakarta : Penebar Swadaya.
Ariyanto.2005. Survey dan Analisa Rumput Laut ( eucheuma cottoni ). PT.Dwijaya Abadi Surya Pratama International.
Barnabae, G. 1990. Aquaculture- Vol I. Ellis Horwood, New York. 528 p.
 Landau, M. 1992. Introduction to aquaculture. John Wiley & Sons, Inc. New York


Tidak ada komentar:

Posting Komentar