I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perairan Indonesia sangat luas, terdiri atas lautan
dan perairan umum (air tawar). Potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki oleh
perairan tersebut, baik untuk kegiatan penangkapan (capture) maupun budi
daya (culture) mencapai 65 juta ton per tahun. Dari potensi 65 juta ton
tersebut 57,7 juta ton merupakan potensi perikanan budidaya. Produksi ikan
Indonesia pada tahun 2004 mencapai 6 juta ton (9%), yang terdiri atas 4,1 juta
ton hasil tangkapan ikan laut; 0,5 juta ton hasil tangkapan ikan di perairan
umum; dan sisanya 1,4 juta ton berasal dari usaha budidaya, masing-masing 0,7
juta ton hasil budidaya laut, 0,4 juta tob budidaya tambak/payau, dan 0,3 juta
ton budidaya perairan umum. Produksi hasil perikanan budidaya sebesar 1,4 juta
ton berarti tingkat pemanfaatan potensi perikanan budidaya baru mencapai
sekitar 2,4% (Ghufran, 2008).
Udang vaname meruapakan salah satu komoditi perikanan yang mampu
mencapai pasar ekspornya, dimana
komoditi ini cukup menonjol dan berkembang sangat pesat, selama sekitar 10
tahun terakhir. Hal ini disebabkan besarnya permintaan pasaran lokal dan
internasional, sehingga membuat masyarakat berinisiatif untuk mengembangkan
usaha udang vaname dengan cara budidaya tambak selain dengan mengusahakan
secara tradisional maupun intensif. Khusus
dalam komoditi perikanan diperlukan suatu keseimbangan pasar yang mengarah pada
kestabilitasan harga.Untuk itu, pemerintah harus mengambil suatu
kbijakan-kebijakan yang tepat sasaran. Kebijakan harga pada komoditi perikanan
seperti pada
penetapan harga produksi hasil perikanan biasanya dengan memperhitungkan
tingkat kuntungan yang ingin dicapai. Semakin besar margin keuntungan yang
ingin didapat , maka menjadi tinggi pula harga yang ditetapkan untuk konsumen
namun diseimbangkan dengan tingkat kualitas barang
(Bernabae,1990)
Secara teknis budidaya udang vaname dapat dilaksanakan di berbagai
daerah di Indonesia, karena didukung oleh sumber daya alam dan iklim yang
sesuai, akan etapi untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, diperlukan
intensifikasi pemeliharaan dan technological
engineering terutama dalam penyediaan bibit yang dipijahkan secara teknologis.
Oleh sebab itu untuk keberlanjutan pembudidayaan dengan baik perlu adanya
kerjasma atau dukungan dari pihak yang terkait dalam hal tersebut contohnya
pemerintahan. Dimana nantinya hal ini dapat menaikkan produksi serta menaikkan
taraf hidup masyarakat.
I.2
Tujuan
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan
mengkaji aspek-aspek sosial ekonomi perikanan baik penangkapan, budidaya, pasca
panen maupun pengolahan.
I.3 Manfaat
Dapat mengetahui sekaligus
mengkaji aspek-aspek sosial ekonomi perikanan baik penangkapan, budidaya, pasca
panen dan pengolahan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Kondisi Umum Lokasi Praktikum
Kabupaten Kulon
Progo memiliki luas wilayah 58.627,512 ha (586,28 km2) dengan total penduduk
470.520 jiwa dengan kepadatan 802,57 jiwa/ km2. Kabupaten Kulon Progo terdiri
atas 12 kecamatan, yaitu Galur, Girimulyo, Kalibawang, Kokap, Lendah,
Nanggulan, Panjatan, Pengasih, Sentolo, Samigaluh, Temon, dan Wates. Kecamatan
tersebut terbagi lagi atas 88 desa dan 1 kelurahan dan 930 Pedukuhan (sebelum
otonomi daerah dinamakan Dusun), 1.885 rukun warga dan 4.469 rukun tetangga.
Pusat pemerintahan di Kecamatan Wates
yang berada sekitar 25 km sebelah barat daya dari pusat Ibukota Provinsi
DIY, di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Yogyakarta-Bandung).
Kabupaten Kulon Progo relatif mudah dijangkau dengan menempuh jalur darat dari
arah barat, timur maupun utara karena letaknya yang berada di tengah pulau
Jawa. Kabupaten Kulon Progo dilewati oleh 2 prasarana perhubungan yang
merupakan perlintasan nasional di Pulau Jawa, yaitu jalan Nasional sepanjang
28,57 km dan jalur Kereta Api sepanjang kurang lebih 25 km.
II.2 Kegiatan Budidaya
Usaha
perikanan budidaya adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan dan membiakan
suatu organisme air dan memanen hasilnya dalam lingkungan terkontrol. Pada
usaha perikanan budidaya, orang yang disebut sebagai pembudidaya adalah orang
yang melakukan pekerjaan sebagai anggota rumah tangga maupun buruh atau tenaga
kerja (Anggadiredja dkk, 2008).
Usaha
perikanan budidaya terus diupayakan dalam rangka meningkatkan kontribusinya
bagi pembangunan nasional. Peningkatan kontribusi tersebut difokuskan pada
pencapaian tujuan pembangunan perikanan budidaya, yaitu meningkatkan devisa,
pendapatan, lapangan kerja, dan kesempatan berusaha; meningkatkan gizi
masyarakat melalui konsumsi ikan, melindungi, memulihkan serta memelihara
sumberdaya perikanan budidaya, melalui upaya tersebut sector perikanan budidaya
diyakini mampu menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan dan
menyerap tenaga kerja dan menjadi pijakan bagi pertumbuhan ekonomi nasional ( Ariyanto, 2005 ).
III. METODE
Praktikum
lapangan dilaksanakan pada hari Jum’at - Sabtu, 1-2 Juni 2013 di Dusun Pasir
Mendit,Kulon Progo, Yogyakarta. Lokasi ini dipilih karena :
1.
Sebagian
besar penduduknya berprofesi sebagai petambak.
2.
Usaha
terintegrasi dari produksi sampai ke pasca panen, serta pemasaran hasil
perikanan.
Metode
kajian adalah metode survey dan observasi lapangan. Penelitian survey adalah
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner
sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Proses pengumpulan dilakukan melalui
interaksi secara langsung dengan responden. Penelitian survey dapat digunakan
untuk eksplorasi, deskriptif, maupun penjelasan dan prediksi atau meramalkan
kejadian tertentu di masa yang akan datang. Populasi yang menjadi pusat kajian
ini adalah petambak udang vaname. Pemilihan sampel menggunakan metode snowball
sampling. Metode snowball sampling merupakan metode pemilihan responden
dengan pemilihan dengan sejumlah kecil dari populasi dengan karakteristik
tertentu, yang selanjutnya dijadikan responden, yang diminta untuk memberikan
rekomendasi untuk responden berikutnya.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Keadaan umum Dusun Pasir Mendit Kulon Progo
Dusun Pasir
Mendit Kulon Progo merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Kulon
Progo, Yogyakarta. Desa ini memiliki lahan tambak yang sangat luas, memiliki akses
jalan raya yang minim, akses jalan raya hanya 1 jalur yaitu hanya mampu
melewati daerah Purworejo Jawa Tengah dan baru akan masuk ke Desa tersebut
sehingga membuat distribusi dan pemasaran hasil perikanan khususnya hasil
budidaya / tambak menjadi tersendat. Desa ini merupakan salah satu desa pesisir
yang memiliki potensi besar untuk suatu usaha perikanan yang mana pada desa ini
potensi yang dikembangkan adalah budidaya udang vaname. Di Dusun Pasir Mendit
Kulon Progo, sebagian besar para petambak memilih komoditas udang vaname untuk
dibudidayakan. Hal ini dikarenakan perawatan dan cara pemeliharaan yang cukup
mudah dibanding dengan komoditas yang lain. Berdasarkan observasi lapangan yang
telah dilakukan, para petambak di desa ini masih melakukan kegiatan budidaya
dengan cara yang sederhana atau tradisional namun sebagian besar sudah mulai
mengarah ke teknologi yang modern. Hal ini dapat dibuktikan dengan penebaran
bibit yang padat tebar, lalu sudah banyaknya kicir angin yang berfungsi sebagai
aerasi untuk kehidupan udang, dan meningkatnya produktivitas sehingga hasilnya
hampir mencapai maksimal.
IV.2 Sarana dan prasarana ( Pendukung Kegiatan
Perikanan )
Kegiatan perikanan
yang dominan di Dusun Pasir Mendit adalah budidaya. Hal ini didukung dengan
tersedianya lahan yang sangat luas untuk kegiatan budidaya maupun tambak.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, harga dan luas tambak berbeda-beda,
semakin mendekati pantai, luas kolam tambak semakin besar dan semakin mahal.
Kolam yang berada cukup jauh dari pantai harga nya tidak semahal kolam di
pinggir pantai. Hal ini dikarenakan masalah pasokan air, kolam yang jauh dari
pesisir pantai, pasokan air tergolong minim sehingga menyebabkan kendala bagi
para petambak. Kegiatan budidaya di Dusun Pasir Mendit Kulon Progo tergolong sudah
semua ada mulai dari sarana dan prasarana pendukung, seperti jumlah pompa
diesel dan kicir angin diman hal ini sangat penting untuk pemeliharaan udang.
Namun apabila ingin meningkatkan produktivitas udang harus mempunyai alat yang
lebih modern agar mutu dan kualitas udang pun tetap terjaga.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data sebaran
pendidikan petambak ,didapatkan HASIL bahwa 6,49 % dari petambak di pasir
mendit tidak sekolah, 14,29% tingkat pendidikan sampai Sekolah Dasar, 23,38%
sekolah hanya sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), 40,26 % petambak
berpendidikan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 7,79% petambak yang
menempuh jenjang pendidikan sampai sekolah menengah kejuruan. Dan juga 7,79%
petambak menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Mayoritas dari para petambak
memiliki tingkat pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), hanya sedikit
dari mereka yang meyelesaikan pendidikannya hingga tingkat perguruan tinggi.
Bahkan, ada beberapa petambak di desa tersebut tidak bersekolah. Ini Menandakan bahwa pendidikan petambak di
pasir mendit masih rendah, sehingga untuk menunjang sumberdaya manusia yang
berkualitas khususnya dalam kegiatan perikanan perlu adanya suatu penyuluhan
dan kebijakan – kebijakan terkait dari pemerintah untuk meningkatkan sumberdaya
manusia di bidang perikanan.
Kelompok usia nelayan yang paling banyak di daerah Pasir
Mendit berkisar antara 41-45 tahun, sedangkan kelompok usia 71-75 tahun sangat
sedikit yang terlibat dalam kegiatan budidaya. Sebaran umur petambak di desa
Pasir Kadilangu didominasi oleh kelompok usia 40 tahunan. Pada kasaran umur
itu, tergolong usia yang produktif. untuk regenerasi para penambak yang berumur
kisaran 20-30 tahunan masih terbilang banyak. Hal ini dikarenakan para
petambak, beberapa sudah memepercayakan usahanya kepada anak-anaknya untuk
memegang kendali usaha tambak udang vaname. Meskipun para orang tua ingin
anaknya mempunyai pekerjaan yang lebih baik. Data sebaran umur dapat digunakan
untuk menganalisis dan mengetahui human resources yang ada di suatu
wilayah tertentu berdasarkan umur, untuk mengambil kebijakan berkaitan tentang
kependudukan, serta dapat digunakan untuk berbagai macam proyeksi.
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil pengamatan,
wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa lama pengalaman petambak yang
terbanyak adalah 0-3 tahun pengalaman, sedangkan lama pengalaman yang tercatat
paling lama adalah selama 13-15 tahun pengalaman. Tercatat lama pengalaman
petambak dengan rentang 0-3 tahun sebesar 76 %, rentang lama pengalaman 4-6
tahun sebesar 8 %, rentang lama pengalaman 7-9 tahun sebesar 3 %, rentang lama
pengalaman 10-12 tahun sebesar 11 %, rentang lama pengalaman 13-15 tahun
sebesar 3 %. Data lama pengalaman menjadi petambak menunjukkan seberapa lama
para petambak yang ada di Pasir Kadilangu telah melakukan kegiatan budidaya
perikanan.
Berdasarkan data hasil pengamatan, pekerjaan pokok di Desa Jangkaran adalah
sebesar 80% petambak, sebanyak 3% perangkat desa, pedagang, petani, PNS,
sebanyak 1% buruh, nelayan, polisi, pensiunan, TNI, SAR, wiraswasta, dan 0%
menjadi guru. Maka, sebagian besar pekerjaan pokok warga Desa Jangkaran adalah
sebagai petambak. Dari hasil wawancara, pekerjaan sampingan warga Desa
Jangkaran adalah sebanyak 7% menjadi buruh, 56% menjadi petambak, 26% menjadi
petani. Maka dapat disimpulan pekerjaan pokok adalah seorang petambak.
Kegiatan perikanan budidaya di Dusun Pasir
Mendit Kulon Progo mayoritas atau bahkan seluruhnya dominan membudidayakan
komoditas udang vaname. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, para
petambak komoditas tersebut dipilih karena mudah dalam memelihara dan
merawatnya, disamping untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun internasional.
Berikut penjelasan komoditas udang vaname:
Udang Vaname (Penaeus vannamei) di Indonesia merupakan jenis udang
introduksi dari kawasan sub-tropis sekitar perairan negara Meksiko, Amerika
Latin. Meskipun asal udang vaname dari kawasan sub-tropis, dalam
pengembangannya dapat pula dibudidayakan di kawasan tropis secara massal dengan
penerapan teknologi dari sederhana hingga intensif.
Bila dibandingkan dengan jenis udang lainnya, udang vaname memiliki karakteristik spesifik seperti adaptasi tinggi terhadap lingkungan suhu rendah, perubahan salinitas (khususnya pada salinitas tinggi), laju pertumbuhan yang relatif cepat pada bulan I dan II dan kelansungan hidup tinggi. Dengan keunggulan yang dimiliki tersebut, jenis udang ini sangat potensi dan prospektif pengembangannya.
Bila dibandingkan dengan jenis udang lainnya, udang vaname memiliki karakteristik spesifik seperti adaptasi tinggi terhadap lingkungan suhu rendah, perubahan salinitas (khususnya pada salinitas tinggi), laju pertumbuhan yang relatif cepat pada bulan I dan II dan kelansungan hidup tinggi. Dengan keunggulan yang dimiliki tersebut, jenis udang ini sangat potensi dan prospektif pengembangannya.
Realita yang terjadi diwilayah tersebut, bahwa budidaya udang vaname di
desa ini masih menggunakan teknik budidaya sederhana, namun sudah mengarah ke
modern dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung contohnya kincir angin
dan diesel,serta padat tebar udang vaname juga sudah mulai dipertimbangkan
sehingga hasil/produktivitas hampir mencapai maksimal, Kegiatan budidaya udang
vaname di desa ini perlu ada penyuluhan tentang budidaya, misalnya masalah
penyakit, pengelolaan lahan yang baik dan lain-lain serta bantuan dana maupun alat sarana dan prasarana
penunjang kegiatan budidaya udang vaname agar lebih berkembang lagi sehingga bisa
meningkatkan kesejahteraan para petambak.
IV.5 Permasalahan
Dalam suatu usaha, masalah merupakan hal yang
wajar atau lumrah terjadi tak terkecuali dengan kegiatan budidaya di Dusun
Pasir Mendit Kulon Progo. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap
responden, permasalahan yang paling banyak dihadapi oleh para petambak adalah penyakit
yang kerap menyerang komoditas budidaya baik udang vaname, modal usaha,
keterampilan dan harga pakan yang cukup mahal.
Pertama adalah masalah ketrampilan budidaya
dalam menanggulangi penyakit, berdasarkan pembahasan sebelumnya, sumberdaya
manusia penunjang kegiatan budidaya di desa ini masih tergolong minim. Hal ini
perlu perhatian serius, karena penyakit pada kegiatan budidaya dapat menghambat
bahkan menggagalkan usaha budidaya, terpaksa panen mendadak atau ikan mati
semua. Hal ini perlu ditanggulangi dengan pelatihan dan penyuluhan lebih dalam
mengenai ilmu budidaya khususnya untuk penanggulangan penyakit pada komoditas
budidaya perikanan.
Kedua adalah masalah modal, tidak banyak
petambak di desa ini yang memiliki cukup modal untuk memulai usaha budidaya
perikanan , sehingga banyak para petambak yang kesulitan. Alternatif untuk
mendapatkan modal bisa dari bank, pinjaman dari keluarga maupun tetangga atau
lainnya. Hal ini perlu adanya campur tangan pemerintah untuk membantu masalah
modal kepada para petambak, agar mampu melakukan kegiatan budidaya sehingga
produktivitas dapat ditingkatkan dan menggerakkan roda perekonomian.
Terakhir adalah masalah harga pakan yang cukup
mahal. Mayoritas petambak di desa ini adalah budidaya pembesaran udang vaname
sehingga pakan merupakan komponen pokok dalam usaha pembesaran. Semakin tinggi
harga pakan, maka keuntungan yang diperoleh para petambak semakin kecil. Hal
ini perlu adanya teknologi untuk menghasilkan FCR yang lebih efisien pada
komoditas budidaya, maupun peran pemerintah untuk memberikan subsidi pakan,
sehingga bisa meringankan beban para petambak khususnya di Bakaran Kulon
Untuk memulai suatu
usaha, diperlukan biaya awal untuk modal usaha tersebut. Seperti pada usaha
tambak udang vaname di desa pasir mendit, di perlukan biaya untuk menjalankan
roda usaha. Seperti untuk teknologi, pakan, pembuatan kolam/tambak, dan lain
sebagainya.
Menurut survei yang
dilakukan, perlu biaya yang tak sedikit untuk memulai usaha tambak ini. Seperti
biaya untuk pengerukan tanah, dan juga pemasangan molsa (plastik pertanian)
dibutuhkan dana kisaran 50-60 juta untuk luas lahan 1000m2. Selain
iyu juga, di butuhkan dana lain untuk menujang keberlangsungan usaha. Seperti
pembuatan sumur untuk sumber air pada tambak. Pembuatan sumur harganya beragam,
tergantung kepada kedalaman sumur. Biasanya, harga untuk pembuatan sumur, ada
pada kisaran Rp 1 – 2 Juta. Setelah itu ada alat pompa air. Pompa air ,
berfungsi untuk memompa air dari sumur untuk dialirkan ke kolam. Harga pompa
beragam, tergantung dari merk dan kualitas. Biasanya, petambak menggunakan dua
jenis pompa, yaitu pompa yang buatan cina, dan juga pompa buatan jepang. Untuk
harga pompa buatan cina, berkisar di harga Rp 2 juta. Sedangkan untuk pompa
buatan jepang, harganya berkisar Rp 3 Juta. Perbedaan kedua pompa ini, bisa
dilihat dari umur, dan kualitas pompa itu sendiri. Kemudian juga kicir untuk
menggerakan air di kolam. Jumlah kicir di tiap kolamnya berbeda bergantung pada
luasan kolam. Semakin luas kolam, biasanya kicir yang digunakan juga semakin
banyak. Harga satu set kicir berkisar Rp 2 Juta. Untuk menggerakan kicir,
diperlukan solar. Untuk harga solar sendiri, berkisar atara Rp 5000 – 6500
perliternya. Dalam satu malam, satu set kicir bisa menghabiskan solar sebanyak
10 liter. Kemudian dalam usaha budidaya udang ini, menganut sistem adlibitum
dalam pemberian pakannya. Sehingga pakan yang diberikan terbilang banyak. Harga
untuk pakan dalam satu kali siklus pembudidayaan bisa berkisar hingga hampir
puluhan juta.
Dari biaya yang
telah disutkan diatas, petambak udang bisa merapu keuntungan bersih hingga
ratusan juta dalam satu kali siklus. Biasanya, para petambak bisa memanen
udang pada bulan ketiga, ketika udang
sudah mencapai ukuran 80-100 ekor perkilogramnya. Dengan harga rata-rata Rp
45.000 untuk tiap kilonya dan hasil yang didapatkan berkisar 2 ton (2000 kg),
penambak bisa mendapatkan pendapatan kotor sebesar Rp 90.000.00-, Harga
perkilogram udang di tangan pengepul, bergantung pada ukuran udang dalam satu
kilogramnya. Semakin sedikit jumlah (ekor) udang dalam datu kilonya, semakin mahal
juga harga udang tersebut.
Dalam usaha budidaya yang ditekuni oleh
hampir seluruh warga desa, mereka ada yang melakukan usahanya dengan
berkelompok, dan juga ada yang melakukannya sendiri-sendiri. Menurut survei
yang dilakukan, petambak yang memiliki kelompok, kesejahteraanya lebih tinggi
dibandingkan dengan petambak yang melakukan usahanya sendiri-sendiri. Seperti
dalam penanganan jika udang terkena penyakitm atau tentang barang yang
dibutuhkan ketika panen dilakukan. Sperti ember, timbangan, dan juga yang
lainnya.
Peran
kelompok sangat penting bagi para petambak dimana kelompok yang membantu dalam
sosialisasi tentang budidaya, serta mampu membantu dalam operasional mulai dari
alat, dan sarana prasarana lain. Yang mana nantinya dapt membantu dalam
menjalankan usaha budidaya tersebut. Menurut para petambak kelompok sangat
berperan penting didalam semua hal sehingga peran dari kelompok sangat
dibutuhkan oleh petambak.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, maka pengembangan bidang atau komoditas
potensial yang didukung oleh sumberdaya alam, sumberdaya manusia serta
prasarana dan sarana penunjang yang tersedia baik jumlah maupun kualitas yang
memadai, mutlak menjadi bahan pertimbangan. Bidang usaha budidaya udang vaname
di Dusun Pasir Mendit Kulon Progo merupakan salah satu peluang usaha yang
mempunyai prospek ekonomi dan finansial yang baik dan layak untuk dikembangkan.
Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayahnya memiliki potensi sumberdaya alam
berupa lahan yang sangat luas untuk kegiatan budidaya, tersedianya prasarana
dan sarana baik fisik kewilayahan maupun sumberdaya perikanan yang cukup
memadai, tersedianya pasar potensial, serta adanya dukungan dari masyarakat dan
pemerintah.
V.2 Saran
Perlu
perhatian yang serius dari pemerintah setempat maupun instansi terkait terhadap
usaha budidaya udang vaname, dalam hal pemberian bantuan modal serta
bentuk-bentuk bantuan lainnya dalam rangka membantu mengembangkan usaha ini ke
depan , serta mampu memberikan solusi maslah penyakit pada udang agar dapat
ditanggulangi dengan baik dan benar.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja,
dkk. 2008. Rumput laut .Jakarta : Penebar Swadaya.
Ariyanto.2005. Survey
dan Analisa Rumput Laut ( eucheuma cottoni ). PT.Dwijaya Abadi Surya
Pratama International.
Barnabae, G. 1990. Aquaculture- Vol
I. Ellis Horwood, New York. 528 p.
Landau, M. 1992. Introduction to aquaculture.
John Wiley & Sons, Inc. New York
Tidak ada komentar:
Posting Komentar