Jumat, 19 September 2014

laporan limnologi morfometri perairan lentik



MORFOMETRI PERAIRAN LENTIK
Elriza Charis Nurroji
12 / 333083 / PN / 12865
Manajemen Sumberdaya Perikanan

Intisari
Pada perairan air tawar umumnya dibagi menjadi 2, yaitu perairan lotik dan perairan lentik. Perairan air tawar lotik merupakan perairan yang berarus, contohnya sungai. Sedangkan perairan lentik memiliki cirri-ciri yang tidak berarus,contohnya waduk, danau. Waduk dapat diartikan sebagai cekungan yang besar dipermukaan bumi yang digenangi oleh air, biasanya air tawar dan dikelilingi oleh daratan. Peninjauan waduk tidj jauh dari pengukuran morfometri. Dimana morfometri adalah salah satu cabang ilmu limnology yang berhubungan dengan pengukuran cirri-ciri morfologi dari dasar perairan, termasuk masa atau volume air. Praktikumini bertujuan untuk mengetahui keadaan morfometri (bentuk dan ukuran) serta keadaan perairan danau atau waduk pada setiap level (tingkat) genangan. Praktiukum ini dilaksanakan pada tanggal 08 November 2013 di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.Metode yang digunakan adalah menduplikasi peta bathimetri, dengan mengambil sampel 1x1 cm sebagai pembanding dengan gambar peta waduk sermo dan skala yang digunakan adalah 1:15.000. Perhitungan morfometri perairan lentik ini menggunakan  objek waduk sermo pada tiga level yaitu 110 m, 120 m, 130 m, dan 137 m pada tahun 1996, 2000, dan 2005.Berdasarkan hasil pengamatan, tahun 2005 level 137 m memiliki nilai SD (Sharedevelopment) paling tinggi yaitu 4.023. Pengukuran morfometri perairan lentik dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi waduk sermo pada tahun 2005 lebih subur, dilihat daritingginya nilai share development dan mampu dipakai untuk kegiatan perikanan. Adaun manfaat pengukuran morfometri perairan lentik yaitu dapat mengukur keadaan fisik suatu perairan tanpa harus mengukurnya secara langsung dilapangan.

Kata kunci : level, morfometri, perairan lentik, share development, waduk



PENDAHULUAN
            Pada perairan air tawar umumnya dibagi menjadi 2, yaitu perairan lotik dan perairan lentik. Perairan air tawar lotik merupakan perairan yang berarus, contohnya sungai. Sedangkan perairan lentik memiliki cirri-ciri yang tidak berarus,meskipun ada tetapi dalam skala kecil, contohnya waduk, danau (Wetzel,1975). Danau merupakan perairan dalam dengan tepian yang curam dan terdapat tumbuhn air dibagian tepi danau. Waduk dapat diartikan sebagai cekungan yang besar dipermukaan bumi yang digenangi oleh air, biasanya air tawar dan dikelilingi oleh daratan. Waduk sermo merupakan waduk pertama dan satu-satunya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (Triyatmo,2001). Analisa limnology suatu danau atau waduk memerlukan data-data yang detail mengenai analisa kedalaman, pengukuran luas atau permukaan seimen dasar, strata dan ciri-ciri garis pantai sering menjadi hal yang sangat penting dalam menganalisa sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi suatu perairan tawar  (Cholik,1986). Sehingga diperlukan pengamatan dan perhitungan mengenai morfometri dalam suatu perairan lentik.
            Morfometri adalah salah satu cabang ilmu limnology yang berhubungan dengan pengukuran cirri-ciri morfologi dari dasar perairan, termasuk masa atau volume air.Morfometri juga dapat diartikan sebagi nilai kuantitatif dari parameter-parameter yang terkandung pada suatu daerah aliran sungai (DAS) atau danau (Welch,1952). Parameter morfometri terdiri dari panjang, lebar, kedalaman, luas area, volume,keliling garis pantai, dan share development (Cole,1983). Peta merupakan sarana untuk memperoleh data ilmuah yang terdapat diatas permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai tanda-tanda keterangan sehingga dapat mudah dibaca.Peta suatu perairanj danau/waduk yang menyerupai peta topografi umumnya disebut juga peta hidrografi. Umumnya peta hidrografi dibuat dengan skala tertentu dan juga gambar kontur kedalamannya.Gambar peta dari suatu perairan dapat memberikan informasi-informasi penting mengenai kondisi perairan tersebut dilingkungan sekitar (Welch,1952).
            Praktikum morfometri perairan lentik bertujuan mengetahui morfometri (bentuk dan ukuran) suatu perairan. Praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui keadaan perairan danau atau waduk pada setiap level (tingkat genangan). Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan usaha perikanan yang produktif.



METODOLOGI
Praktikum morfometri perairan lentik dilakukan pada hari jum’at 08 November 2013,pukul 13.30 WIB sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan praktikum ini berada di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Praktikum ini menggunakan alat seperti kalkulator, kertas gambar, alat tulis, timbangan analitik, benang, jarum, dan gunting. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah peta bathimetri dan kertas kalkir.
      Prinsip kerja praktikum ini yaitu menduplikasikan peta bathimetri ke kertas kalkir kemudian mengukur peta dengan benang atau keliling peta dengan skala 1:15.000. Dan juga mengukur berat peta yang sudah dibuat dan berat peta yang sudah dibuat dan berat peta sampel yang berukuran 1cm x 1cm. Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan peta waduk sermo pada tiap tahun yaitu tahun 1996,2000, dan 2005 serta ditentukan setiap level atau tingkatannya yaitu level 110, 120, 130, dan 137. Luas peta dapat dihitung dengan menggunakan rumus : W1/L1 = W2/L2, dengan W1=berat peta (gram) ; L1=Luas peta (km2) ; W2=Berat sampel (gram) ; L2=Luas sampel (km2). Lalu menghitungvolume dengan rumus : V=h/3 (A1+A2+A1 X A2) dengan h=kedalaman vertical (m); A1=Luas area permukaan lebih atas(m2); A2=Luas are permukaan tertentu yang lebih rendah (m2). Terakhir menghitung share development atau pengembangan garis pantai dengan rumus Sd=SL/2  denagn Sd= Share development; SL=keliling peta (km); Ao=Luas peta (km2) ; Sd (Share development) memiliki satuan km2.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Morfometri Perairan Lentik Waduk Sermo
TAHUN
LEVEL (m)
Berat sampel (gr)
Berat peta (gr)
Luas peta (km2)
Volume (km3)
KELILING (M)
SD







1996
110
0.01
0.100
0.225

3.825
2.275

120
0.01
0.320
0.720
0.005
7.875
2.619

130
0.01
0.580
1.308
0.010
12.840
3.168

137
0.01
0.800
1.800
0.011
16.500
3.466
2000
110
0.01
0.120
0.270

3.990
2.160

120
0.01
0.200
0.450
0.004
5.565
2.340

130
0.01
0.420
0.945
0.007
11.400
3.308

137
0.01
0.740
1.665
0.009
14.400
3.149
2005
110
0.01
0.050
0.125

2.766
2.202

120
0.01
0.220
0.495
0.007
6.990
2.803

130
0.01
0.440
0.990
0.007
11.130
3.156

137
0.01
0.720
1.620
0.009
18.150
4.023

Morfometri perairan lentik sangat penting untuk diketahui karena secara umum umum morfometri dapat digunakan sebagai upaya pengembangan perikanan (Triyatmo,2001). Apabila morfometri telah diketahui maka morfometri pun akan mudah diidentifikasi sehingga kita bisa menentukan fungsi yang tepat dari perairan lentik (Payne,1986).
      Pada setiap danau atau waduk memiliki keliling, luas, volume, dan shore development yang berbeda-beda. Berdasarkan pengamatan dan perhitungan , hasil yang didapat dari praktikum ini pada tahun 1996 menunjukkan peningkatan level, berat peta, luas peta, keliling, dan peningkatan shore development. Pada tahun 1996 level 110 berat peta 0,10 gram, dengan luas peta 0,225 km2, keliling 3,825 m dan SD sebesar 2,275 km2. Tahun 1996 level 120 memiliki berat peta 0,32 gram, luas peta 0,720 km2, volume 0,005 km3, keliling 7,875 m dan SD sebesar 2,619 km2. Pada level 130, berat peta adalah 0,58 gram, luas peta 1,308 km2, volume 0,010km3, keliling 12,840 m, dan SD 2,168 km2. Sedangkan pada level 137 berat peta 0,80 gram, luas peta 1,800 km2, volume 0,011 km3, keliling 16,500 m dan shore development sebesar 3,466 km2.
Pada tahun 2000 disetiap level memiliki nilai yang berbeda-beda. Pada level 110 berat peta 0,12 gram, luas peta 0,270 km2, keliling 3,990 m, dan SD sebesar 2,160 km2. Pada level 120 berat peta 0,20 gram, luas peta 0,450 km2, volume 0,004 km3, keliling 5,565 m serta SD 2,340 km2. Level 130 berat peta 0,42 gram, luas peta 0,945 km2, volume 0,007 km3, keliling 11,400 dan SD 3,308. Sedangkan pada level 137, berat peta 0,74 gram, luas peta 1,665 km2, volume 0,009 km3, keliling 14,400 m dan SD 3,149 km2.
Pada tahun 2005 besar berat peta, luas peta, volume, keliling, dan shore development memiliki nilai yyang berbeda-beda setiap levelnya. Pada level 110 berat peta 0,05 gram, luas peta 0,125 km2, keliling 2,776 m dan SD 2,202 km2. Level 120 berat peta 0,22 gram, luas peta 0,495 km2, volume 0,004 km3, keliling 6,990 m dan SD 2,803 km2. Pada level 130 berat peta 0,44 gram, luas peta 0,990 km2, volume 0,007 km3, keliling 11,130 m dan SD 3,156 km2. Sedangkan pada level 137 berat peta 0,72 gram, luas peta 1,620 km2, volume 0,009 km3, keliling 18,150 m dan Shore development sebesar 4,023 km2.
Berdasarkan hasil pengamatan, secara keseluruhan dapat dibandingkan bahwa dari tahun 1996 sampai 2005 apabila dilihat daris etiap level terjadi penurunan volume perairan. Berkurangnya volume air yang ada diikuti perubahan nilai shore development yang semakin besar. Penurunan volume tersebut dapat disebabkan karena penguapan air karena pengaruh panas  atau musim pada suatu daerah waduk (Welch,1952). Apabila perairan mengalami surut, tentu saja perairannya mengalami perubahan. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik pernyataan walaupun volume mengalami penurunan, perairan ini berangsur-angsur semakin subur dan semakin menyimpang serta bentuk lingkaran dikarenakan nilai SD nya tinggi. Selain itu pada tahun 1996 sampai 2005 nilai SD yang terkecil ada pada level 110 dibandingkan level lainnya (120.130,137). Penyimpangan bentuk dari lingkaran paling kecil juga terdapat pada level 110. Perubahan nilai SD yang terlihat pada \hasil dapat disebabkan oleh factor-faktor alami seperti sedimentasi, karena sedimentasi atau pengendapan apabila terakumulasi dengan nilai yang tinggi dapat merubah bentuk  perairan dan juga bentuk pantai sebuah perairan, kemudian factor manusia juga dapat berpengaruh, seperti pembuatan tanggul pada suatu letak waduk (Wetzel,1975).
Shore development merupakan penyimpangan bentuk danau terhadap bentuk lingkaran, jadi semakin tinggi nilai SD suatu perairan lentik, maka semakin jauh pula penyimpangan bentuk danau terhadap bentuk lingkaran. Kenaaikan atau penurunan nilai SD dapat terjadi akibat aktivitas alami maupun buatan manusia. Selain menunjukkan bentuk danau, SD juaga dijadikan parameter untuk melihat tingkat kesuburan suatu danau atau waduk. Danau atau waduk dengan SD tinggi relative lebih subur dibandingkan dengan danau atau waduk dengan SD rendah. Hal ini disebabkan karena waduk dengan SD tinggi memiliki garis tepi yang relative panjang. Daerah tepi relative rendah (dangkal) dibandingkan daerah tengah karena kedalaman daerah yang dangkal menyebabkan sinar matahari relative dapat menembus sampai kedasar perairan. Apabila nilai SD semakin tinggi/besar menunjukkan tingkat kesuburan suatu perairan semakin tinggi. Danau atau waduk yang memiliki nilai SD kurang lebih 2 berbentuk agak bulat/elips. Jika SD < 2 menunjukkan bentuknya bulat, sedangkan juka SD > 2 waduk atau danau berbentuk semakin tidak beraturan (Sastrodarsono,1997).
Perkembangan garis pesisir (Shore Development) memiliki manfaat atau peranan dalam menentukan tingkat tropic danau karena kawasan dangkal merupakanj kawasan yang paling produktif, sebagian besar fotosintesis berlangsung dilapisan atas danau yang menerima cahaya matahari dan terjadi akumulasi hasil penguraian didaerah pantai (Suwignyo,1997).
Hasil pengamatan dan perhitungan pada praktikum menunjukkan bahwa tingkat kesuburan paling tinggi pada tahun 1996 berada pada level 137. Tingkat kesuburan paling tinggi pada tahun 2000 terdapat pada level 137. Dan pada tahun 2005 tingkat kesuburan palin g tinggi berada pada level 137. Hal ini disebabkan karena pada level tersebut memiliki SD paling besar dibandingkan dengan nilai SD pada level lain (110,120,130). Dapat disimpulkan, bahwa perairan paling subur berada pada tahun 2005 pada level 137 yang memiliki nilai shore development yang paling tinggi yaitu 4,023 km2. Hal ini menunjukkan bentuk tidak beraturan. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh curah hujan yang semakin tinggi sehingga vegetasi disekitar waduk semakin banyak. Hal ini menunjukkkan bahwa waduk sermo semakin subur dan Shore development akan meningkat karena kesuburan juga meningkat.
Manfaat mengetahui mengenai morfometri danau atau waduk sangat penting dalam kajian Manajemen Sumberdaya Perikanan. Pengetahuan morfometri waduk paling tidak memberikan gambaran mengenai perubahan yang terjadi pada suatu waduk dalam kurun waktu tertentu. Perubahan tersebut meliputi perubahan debit air, keanekaragaman ikan dan yan paling penting tingkat kesuburan. Tingkat kesuburan perairan sangat penting karena dapat menganalisa kualitas air pada suatu perairan apakah perairan tersebut tercemar atau tidak.


KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa dengan meninjau morfometri waduk dapat membantu penelitian mengenai badan air tanpa perlu terjun kelapangan. Kondisi waduk sermo pada setiap level dan tahun 1996 sampain2005 mengalami perubahan luaas, keliling, berat serta Shore development.Nilai shore development dari tahun ketahun semakin meningkat, semakin besar nilai shore development suatu perairan maka semakin banyak lekukannya dan hal ini menunjukkkan bahwa perairan waduk sermo dari tahun ke tahun semakin subur. Pada tahun 2005 pada level 137 memiliki nilain shore development paling tinggi yaitu 4,023 km2 dengan bentuk perairan waduk sermo yang tidak beraturan.
SARAN
            Seharusnya peta objek yang digunakan untuk pengamatan sebaiknya menggunakan data peta yang 10 tahun terakhir, sehingga dapat memperoleh / mengetahui kondisi morfometri terbaru dari waduk sermo.


DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H. Z. 2000. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Padya Paramita. Jakarta.
Bronmark, C. and L.A. Hansson, 1998. The Biology of Lakes and Ponds. Oxford University Press. Oxford. 216 p.
Cholik, F.1986. Pengelolaan Air Kolam. Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta.
Cole, G. 1993. Buku Teks Limnologi (Alih Bahasa Fatimah. MD.Yusuff dan Syamsiah M.D. Said). Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur.
Payne, A.I.1986. The Ecology of Tropical Lakes and River. Great Britain. New York.
Sastrodarsono,S. 1997. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT. Pradnya Paramitha. Jakarta.
Suwignyo,S.1997. Pengukuran Topografi. PT.Gramedia. Jakarta.
Triyatmo, B.2001. Kajian Morfometri Berdasarkan Kondisi Topografi dan Estimasi.Potensi Waduk Sermo. Jurnal Perikanan UGM (GMUJ Fish Sci). III (2) : 17-23
Welch. P.s.1952. Limnology.Mc. Graw Hill. New York.
Wetzel.1975. Limnology. Third Edition. Sounders Colage. Philadelphia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar