MORFOMETRI PERAIRAN LENTIK
Elriza Charis Nurroji
12 / 333083 / PN / 12865
Manajemen Sumberdaya Perikanan
Intisari
Pada
perairan air tawar umumnya dibagi menjadi 2, yaitu perairan lotik dan perairan
lentik. Perairan air tawar lotik merupakan perairan yang berarus, contohnya
sungai. Sedangkan perairan lentik memiliki cirri-ciri yang tidak
berarus,contohnya waduk, danau. Waduk dapat diartikan sebagai cekungan yang
besar dipermukaan bumi yang digenangi oleh air, biasanya air tawar dan
dikelilingi oleh daratan. Peninjauan waduk tidj jauh dari pengukuran
morfometri. Dimana morfometri adalah salah satu cabang ilmu limnology yang
berhubungan dengan pengukuran cirri-ciri morfologi dari dasar perairan,
termasuk masa atau volume air. Praktikumini bertujuan untuk mengetahui keadaan
morfometri (bentuk dan ukuran) serta keadaan perairan danau atau waduk pada
setiap level (tingkat) genangan. Praktiukum ini dilaksanakan pada tanggal 08
November 2013 di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan Jurusan Perikanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.Metode yang digunakan adalah
menduplikasi peta bathimetri, dengan mengambil sampel 1x1 cm sebagai pembanding
dengan gambar peta waduk sermo dan skala yang digunakan adalah 1:15.000.
Perhitungan morfometri perairan lentik ini menggunakan objek waduk sermo pada tiga level yaitu 110
m, 120 m, 130 m, dan 137 m pada tahun 1996, 2000, dan 2005.Berdasarkan hasil
pengamatan, tahun 2005 level 137 m memiliki nilai SD (Sharedevelopment) paling
tinggi yaitu 4.023. Pengukuran morfometri perairan lentik dengan hasil tersebut
menunjukkan bahwa kondisi waduk sermo pada tahun 2005 lebih subur, dilihat
daritingginya nilai share development dan mampu dipakai untuk kegiatan
perikanan. Adaun manfaat pengukuran morfometri perairan lentik yaitu dapat
mengukur keadaan fisik suatu perairan tanpa harus mengukurnya secara langsung
dilapangan.
Kata kunci
: level, morfometri, perairan lentik, share development, waduk
PENDAHULUAN
Pada perairan air tawar umumnya
dibagi menjadi 2, yaitu perairan lotik dan perairan lentik. Perairan air tawar
lotik merupakan perairan yang berarus, contohnya sungai. Sedangkan perairan
lentik memiliki cirri-ciri yang tidak berarus,meskipun ada tetapi dalam skala
kecil, contohnya waduk, danau (Wetzel,1975). Danau merupakan perairan dalam
dengan tepian yang curam dan terdapat tumbuhn air dibagian tepi danau. Waduk
dapat diartikan sebagai cekungan yang besar dipermukaan bumi yang digenangi
oleh air, biasanya air tawar dan dikelilingi oleh daratan. Waduk sermo
merupakan waduk pertama dan satu-satunya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
(Triyatmo,2001). Analisa limnology suatu danau atau waduk memerlukan data-data
yang detail mengenai analisa kedalaman, pengukuran luas atau permukaan seimen
dasar, strata dan ciri-ciri garis pantai sering menjadi hal yang sangat penting
dalam menganalisa sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi suatu perairan
tawar (Cholik,1986). Sehingga diperlukan
pengamatan dan perhitungan mengenai morfometri dalam suatu perairan lentik.
Morfometri adalah salah satu cabang
ilmu limnology yang berhubungan dengan pengukuran cirri-ciri morfologi dari
dasar perairan, termasuk masa atau volume air.Morfometri juga dapat diartikan
sebagi nilai kuantitatif dari parameter-parameter yang terkandung pada suatu
daerah aliran sungai (DAS) atau danau (Welch,1952). Parameter morfometri
terdiri dari panjang, lebar, kedalaman, luas area, volume,keliling garis
pantai, dan share development (Cole,1983). Peta merupakan sarana untuk
memperoleh data ilmuah yang terdapat diatas permukaan bumi dengan cara
menggambarkan berbagai tanda-tanda keterangan sehingga dapat mudah dibaca.Peta
suatu perairanj danau/waduk yang menyerupai peta topografi umumnya disebut juga
peta hidrografi. Umumnya peta hidrografi dibuat dengan skala tertentu dan juga
gambar kontur kedalamannya.Gambar peta dari suatu perairan dapat memberikan
informasi-informasi penting mengenai kondisi perairan tersebut dilingkungan
sekitar (Welch,1952).
Praktikum morfometri perairan lentik
bertujuan mengetahui morfometri (bentuk dan ukuran) suatu perairan. Praktikum
ini juga bertujuan untuk mengetahui keadaan perairan danau atau waduk pada
setiap level (tingkat genangan). Informasi yang diperoleh dapat digunakan
sebagai dasar dalam pengembangan usaha perikanan yang produktif.
METODOLOGI
Praktikum
morfometri perairan lentik dilakukan pada hari jum’at 08 November 2013,pukul
13.30 WIB sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan praktikum ini berada di
Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada. Praktikum ini menggunakan alat seperti
kalkulator, kertas gambar, alat tulis, timbangan analitik, benang, jarum, dan
gunting. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah peta
bathimetri dan kertas kalkir.
Prinsip kerja praktikum ini yaitu
menduplikasikan peta bathimetri ke kertas kalkir kemudian mengukur peta dengan
benang atau keliling peta dengan skala 1:15.000. Dan juga mengukur berat peta
yang sudah dibuat dan berat peta yang sudah dibuat dan berat peta sampel yang
berukuran 1cm x 1cm. Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan peta waduk sermo
pada tiap tahun yaitu tahun 1996,2000, dan 2005 serta ditentukan setiap level
atau tingkatannya yaitu level 110, 120, 130, dan 137. Luas peta dapat dihitung
dengan menggunakan rumus : W1/L1 = W2/L2,
dengan W1=berat peta (gram) ; L1=Luas peta (km2) ; W2=Berat
sampel (gram) ; L2=Luas sampel (km2). Lalu
menghitungvolume dengan rumus : V=h/3 (A1+A2+A1
X A2) dengan h=kedalaman vertical (m); A1=Luas area
permukaan lebih atas(m2); A2=Luas are permukaan tertentu
yang lebih rendah (m2). Terakhir menghitung share development atau
pengembangan garis pantai dengan rumus Sd=SL/2
denagn Sd= Share development; SL=keliling peta (km); Ao=Luas peta (km2)
; Sd (Share development) memiliki satuan km2.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Tabel
1. Hasil Pengamatan Morfometri Perairan Lentik Waduk Sermo
TAHUN
|
LEVEL (m)
|
Berat sampel (gr)
|
Berat peta (gr)
|
Luas peta (km2)
|
Volume (km3)
|
KELILING (M)
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1996
|
110
|
0.01
|
0.100
|
0.225
|
|
3.825
|
2.275
|
|
120
|
0.01
|
0.320
|
0.720
|
0.005
|
7.875
|
2.619
|
|
130
|
0.01
|
0.580
|
1.308
|
0.010
|
12.840
|
3.168
|
|
137
|
0.01
|
0.800
|
1.800
|
0.011
|
16.500
|
3.466
|
2000
|
110
|
0.01
|
0.120
|
0.270
|
|
3.990
|
2.160
|
|
120
|
0.01
|
0.200
|
0.450
|
0.004
|
5.565
|
2.340
|
|
130
|
0.01
|
0.420
|
0.945
|
0.007
|
11.400
|
3.308
|
|
137
|
0.01
|
0.740
|
1.665
|
0.009
|
14.400
|
3.149
|
2005
|
110
|
0.01
|
0.050
|
0.125
|
|
2.766
|
2.202
|
|
120
|
0.01
|
0.220
|
0.495
|
0.007
|
6.990
|
2.803
|
|
130
|
0.01
|
0.440
|
0.990
|
0.007
|
11.130
|
3.156
|
|
137
|
0.01
|
0.720
|
1.620
|
0.009
|
18.150
|
4.023
|
Morfometri
perairan lentik sangat penting untuk diketahui karena secara umum umum
morfometri dapat digunakan sebagai upaya pengembangan perikanan
(Triyatmo,2001). Apabila morfometri telah diketahui maka morfometri pun akan
mudah diidentifikasi sehingga kita bisa menentukan fungsi yang tepat dari perairan
lentik (Payne,1986).
Pada setiap danau atau waduk memiliki
keliling, luas, volume, dan shore development yang berbeda-beda. Berdasarkan
pengamatan dan perhitungan , hasil yang didapat dari praktikum ini pada tahun
1996 menunjukkan peningkatan level, berat peta, luas peta, keliling, dan
peningkatan shore development. Pada tahun 1996 level 110 berat peta 0,10 gram,
dengan luas peta 0,225 km2, keliling 3,825 m dan SD sebesar 2,275 km2.
Tahun 1996 level 120 memiliki berat peta 0,32 gram, luas peta 0,720 km2,
volume 0,005 km3, keliling 7,875 m dan SD sebesar 2,619 km2. Pada
level 130, berat peta adalah 0,58 gram, luas peta 1,308 km2, volume
0,010km3, keliling 12,840 m, dan SD 2,168 km2. Sedangkan
pada level 137 berat peta 0,80 gram, luas peta 1,800 km2, volume
0,011 km3, keliling 16,500 m dan shore development sebesar 3,466 km2.
Pada
tahun 2000 disetiap level memiliki nilai yang berbeda-beda. Pada level 110
berat peta 0,12 gram, luas peta 0,270 km2, keliling 3,990 m, dan SD
sebesar 2,160 km2. Pada level 120 berat peta 0,20 gram, luas peta
0,450 km2, volume 0,004 km3, keliling 5,565 m serta SD
2,340 km2. Level 130 berat peta 0,42 gram, luas peta 0,945 km2,
volume 0,007 km3, keliling 11,400 dan SD 3,308. Sedangkan pada level
137, berat peta 0,74 gram, luas peta 1,665 km2, volume 0,009 km3,
keliling 14,400 m dan SD 3,149 km2.
Pada
tahun 2005 besar berat peta, luas peta, volume, keliling, dan shore development
memiliki nilai yyang berbeda-beda setiap levelnya. Pada level 110 berat peta
0,05 gram, luas peta 0,125 km2, keliling 2,776 m dan SD 2,202 km2.
Level 120 berat peta 0,22 gram, luas peta 0,495 km2, volume 0,004 km3,
keliling 6,990 m dan SD 2,803 km2. Pada level 130 berat peta 0,44
gram, luas peta 0,990 km2, volume 0,007 km3, keliling 11,130 m dan
SD 3,156 km2. Sedangkan pada level 137 berat peta 0,72 gram, luas
peta 1,620 km2, volume 0,009 km3, keliling 18,150 m dan
Shore development sebesar 4,023 km2.
Berdasarkan
hasil pengamatan, secara keseluruhan dapat dibandingkan bahwa dari tahun 1996
sampai 2005 apabila dilihat daris etiap level terjadi penurunan volume
perairan. Berkurangnya volume air yang ada diikuti perubahan nilai shore development
yang semakin besar. Penurunan volume tersebut dapat disebabkan karena penguapan
air karena pengaruh panas atau musim
pada suatu daerah waduk (Welch,1952). Apabila perairan mengalami surut, tentu
saja perairannya mengalami perubahan. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik
pernyataan walaupun volume mengalami penurunan, perairan ini berangsur-angsur
semakin subur dan semakin menyimpang serta bentuk lingkaran dikarenakan nilai
SD nya tinggi. Selain itu pada tahun 1996 sampai 2005 nilai SD yang terkecil
ada pada level 110 dibandingkan level lainnya (120.130,137). Penyimpangan
bentuk dari lingkaran paling kecil juga terdapat pada level 110. Perubahan
nilai SD yang terlihat pada \hasil dapat disebabkan oleh factor-faktor alami
seperti sedimentasi, karena sedimentasi atau pengendapan apabila terakumulasi
dengan nilai yang tinggi dapat merubah bentuk
perairan dan juga bentuk pantai sebuah perairan, kemudian factor manusia
juga dapat berpengaruh, seperti pembuatan tanggul pada suatu letak waduk
(Wetzel,1975).
Shore
development merupakan penyimpangan bentuk danau terhadap bentuk lingkaran, jadi
semakin tinggi nilai SD suatu perairan lentik, maka semakin jauh pula
penyimpangan bentuk danau terhadap bentuk lingkaran. Kenaaikan atau penurunan
nilai SD dapat terjadi akibat aktivitas alami maupun buatan manusia. Selain
menunjukkan bentuk danau, SD juaga dijadikan parameter untuk melihat tingkat
kesuburan suatu danau atau waduk. Danau atau waduk dengan SD tinggi relative
lebih subur dibandingkan dengan danau atau waduk dengan SD rendah. Hal ini
disebabkan karena waduk dengan SD tinggi memiliki garis tepi yang relative
panjang. Daerah tepi relative rendah (dangkal) dibandingkan daerah tengah
karena kedalaman daerah yang dangkal menyebabkan sinar matahari relative dapat
menembus sampai kedasar perairan. Apabila nilai SD semakin tinggi/besar
menunjukkan tingkat kesuburan suatu perairan semakin tinggi. Danau atau waduk
yang memiliki nilai SD kurang lebih 2 berbentuk agak bulat/elips. Jika SD <
2 menunjukkan bentuknya bulat, sedangkan juka SD > 2 waduk atau danau
berbentuk semakin tidak beraturan (Sastrodarsono,1997).
Perkembangan
garis pesisir (Shore Development) memiliki manfaat atau peranan dalam
menentukan tingkat tropic danau karena kawasan dangkal merupakanj kawasan yang
paling produktif, sebagian besar fotosintesis berlangsung dilapisan atas danau
yang menerima cahaya matahari dan terjadi akumulasi hasil penguraian didaerah
pantai (Suwignyo,1997).
Hasil
pengamatan dan perhitungan pada praktikum menunjukkan bahwa tingkat kesuburan
paling tinggi pada tahun 1996 berada pada level 137. Tingkat kesuburan paling
tinggi pada tahun 2000 terdapat pada level 137. Dan pada tahun 2005 tingkat
kesuburan palin g tinggi berada pada level 137. Hal ini disebabkan karena pada
level tersebut memiliki SD paling besar dibandingkan dengan nilai SD pada level
lain (110,120,130). Dapat disimpulkan, bahwa perairan paling subur berada pada
tahun 2005 pada level 137 yang memiliki nilai shore development yang paling
tinggi yaitu 4,023 km2. Hal ini menunjukkan bentuk tidak beraturan.
Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh curah hujan yang semakin tinggi
sehingga vegetasi disekitar waduk semakin banyak. Hal ini menunjukkkan bahwa
waduk sermo semakin subur dan Shore development akan meningkat karena kesuburan
juga meningkat.
Manfaat
mengetahui mengenai morfometri danau atau waduk sangat penting dalam kajian
Manajemen Sumberdaya Perikanan. Pengetahuan morfometri waduk paling tidak
memberikan gambaran mengenai perubahan yang terjadi pada suatu waduk dalam
kurun waktu tertentu. Perubahan tersebut meliputi perubahan debit air,
keanekaragaman ikan dan yan paling penting tingkat kesuburan. Tingkat kesuburan
perairan sangat penting karena dapat menganalisa kualitas air pada suatu
perairan apakah perairan tersebut tercemar atau tidak.
KESIMPULAN
Dari
hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa dengan meninjau morfometri waduk dapat
membantu penelitian mengenai badan air tanpa perlu terjun kelapangan. Kondisi
waduk sermo pada setiap level dan tahun 1996 sampain2005 mengalami perubahan
luaas, keliling, berat serta Shore development.Nilai shore development dari
tahun ketahun semakin meningkat, semakin besar nilai shore development suatu
perairan maka semakin banyak lekukannya dan hal ini menunjukkkan bahwa perairan
waduk sermo dari tahun ke tahun semakin subur. Pada tahun 2005 pada level 137
memiliki nilain shore development paling tinggi yaitu 4,023 km2
dengan bentuk perairan waduk sermo yang tidak beraturan.
SARAN
Seharusnya peta objek yang digunakan
untuk pengamatan sebaiknya menggunakan data peta yang 10 tahun terakhir,
sehingga dapat memperoleh / mengetahui kondisi morfometri terbaru dari waduk
sermo.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.
Z. 2000. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Padya Paramita. Jakarta.
Bronmark, C. and L.A. Hansson, 1998. The Biology of Lakes
and Ponds. Oxford University Press. Oxford. 216 p.
Cholik,
F.1986. Pengelolaan Air Kolam. Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta.
Cole, G. 1993. Buku Teks Limnologi
(Alih Bahasa Fatimah. MD.Yusuff dan Syamsiah M.D. Said). Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur.
Payne,
A.I.1986. The Ecology of Tropical Lakes and River. Great Britain. New York.
Sastrodarsono,S. 1997. Pengukuran
Topografi dan Teknik Pemetaan. PT. Pradnya Paramitha. Jakarta.
Suwignyo,S.1997.
Pengukuran Topografi. PT.Gramedia. Jakarta.
Triyatmo, B.2001. Kajian Morfometri
Berdasarkan Kondisi Topografi dan Estimasi.Potensi Waduk Sermo. Jurnal
Perikanan UGM (GMUJ Fish Sci). III (2) : 17-23
Welch.
P.s.1952. Limnology.Mc. Graw Hill. New York.
Wetzel.1975.
Limnology. Third Edition. Sounders Colage. Philadelphia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar