Jumat, 19 September 2014

laporan limnologi debit air peraian lotik



DEBIT AIR PERAIRAN LOTIK
Elriza Charis Nurroji
12 / 333083 / PN / 12865
Manajemen Sumberdaya Perikanan

Intisari
Praktikum pengukuran debit air bertujuan untuk mengetahui metode dan cara pengukuran debit air. Debit air adalah besarnya air yyang mengalir persatuan waktu. Praktikum dilakukan diselokan kolam Perikanan Universitas Gadjah Mada pada tanggal 18 oktober 2013. Ada tiga metode yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu Embody’s Float Method, Rectangular Weir, dan 90o Triangular Notch Weir Method. Nilai debit dipengaruhi oleh beberapa factor seperti bentuk dan saluran perairan,kondisi perairan dan kemiringan lahan. Pada saluran satu nilai besar debitair dengan metode Embody’s Float Method sebesar 1,189 x 10-1 m3/s, sedangkan pada saluran dua sebesar 1,395 x 10-1 m3/s. Selanjutnya nilai debit air yang diukur dengan metode Rectangular Weir pada saluran 1 sebesar 0,088 cfs dan pada saluran 2 sebesar 4,381 x 10-2 cfs. Nilai debit air yang diukur dengan metode 90o Triangular Notch Weir Method pada saluran satu sebesar 0,035 cfs, sedangkan pada saluran dua sebesar 3,592 x 10-3 cfs. Berdasarkan hasil pengamatan metode yang paling baik adalah metode Embody’s Float Method. Pengukuran debitair memiliki manfaat bagi program studi Manajemen Sumberdaya perikanan adalah untuk distribusi air kedlam kolam dan mengetahui seberapa besar kebutuhan air untuk irigasi.

Kata kunci : Arus , debit air, metode, pengukuran , saluran

PENDAHULUAN
            Kualitas air yyang baik ditentukan oleh pH air tersebut. Jika pH air berkisar 7 maka dapat digolongkan air yang baik, karena air tersebut belum terkontaminasi oleh senyawa-senyawa yang lain. Perairan umum adalah bagian permuakaan bumi yang secara permanen/berkala digenangi oleg air, baik tawar ,payau maupun air laut. Perairan umum tersebut diantaranya sungai, danau, waduk, dan lain sebagainya. Limnologi merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari perairan umum, sekaligus mempelajari dengan faktor-faktor yang mempengaruhi populasi yang hidup diperairan tersebut. Debit air adalah jumlah air yang mengalir pada suatu penampang tertentu. Pengukuran debit air sangta dipengaruhi oleh kecepatan arus, tingkat kekasaran, kedalaman dan lebar perairan (Sachlan,1982).
            Perairan umum perupakan sumebrdaya yang mempunyai potensi besar, baik untuk perikanan maupun untuk manusia. Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat dikatakan bahwa semua jenis makhluk bersifat aquatic. Arus merupakan ngerakan yang mengalir dari suatu massa air yang disebabkan oleh densitas air laut, tiupanangin, dan gerakan gelombang. Arus adalah pergerakan massa air secara horizontal yang disebabkan oleh angin yang bertiup terus-menerus dipermuakaan dan densitas air (Bronmark dkk, 1998). Menurut Odum (1971) air yang mengandung kadar garam kurang dari 0,5/mil termasuk air tawar. Air adalah media tempat semua organisme air yang merupakan elemen dasar penyusun dari tumbuhan dan binatang. Air juga merupakan medium tempat terjadinya reaksi kimia baik didalam maupun diluar organism hidup (Nybakken,1988). Penentuan debiat air sungai diperlukan unuk mengeahui besarnya air yang mengalir dari sungai ke laut. Dalam penentuan debit air sungai perlu diketahui luas penampangnya yaitu dengan mengukur kedalaman dan lebar masing-masing titik pengukuran (Hadiwigeno,1990). Arus dan debit merupakan suatu gerakan air yyang mengakibatkan perpindahan horizontal massa air (Welch,1948). Arus dapat menyebabakan terjadinya kerusakan fisik pada sungai atau selokan seperti pengikisan daratan, perpindahan sedimen dan lain sebagainya.

METODOLOGI
            Praktikum Pengukuran debit air ini dilaksanakan pada hari jum’at 18 oktober 2013  pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan praktikum ini berada disaluran air koalm Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Pad praktikum ini lokasi dibagi menjadi dua bagian yaitu saluran satu dan saluran dua.
            Pada masing-masing saluran diukur debit airnya dengan 3 metode, yaitu Embody’s Float Method,metode ini dilakuakan dengan menentukan panjang seloakn yang akan diukur kecepatan arusnya,menghitung waktu yang digunakan untuk menempuhjarak yang ditentukan dengan menngunakan bola pingpong,menentukan konstanta perairan dengan melihat keadaan dasar perairan (yaitu 0,8 untuk dasar perairan berbatu dan berkerikil serta 0,9 untuk dasar perairan berlumpur), sera mengukur kedalaman seloakan yanga kan diukur kecepatan arusnya, debit air dapat dihitung dengan rumus : R=WDAL/T , dengan R: Debit air (m3/s) ; W: rata-rata lebar(m); D:rata-rata kedalaman(m) ; A: konstanta (0,8 untuk dasar perairan berbatu dan berkerikil serta 0,9 untuk dasar perairan berlumpur) ; L:jarak yang ditempuh bola pingpong(m) ; dan T: waktu tempuh boal pingpong(s). Metode yang kedua adalah metode  Rectangular Weir yang dilakukan dengan menentukan lebar weir yang akan diguanakan membendung saluran(selokan0 dengan weir, mengukur tinggi perairan dan dasar perairan sampai garis bawah air, serta mengukur ketinggian air setelaah dipasang weir. Untuk menhitung debit airnya dapat dihitung dengan rumus : Q= 3,33 X H3/2 (L-1,2H), dengan Q: debit air (cfs); H: tinggi weir (feet); dan L : Lebar weir (feet). Serta metode yang ketiga adalah  90o Triangular Notch Weir Method, dimana metode ini hampir sama dengan metode Rectangular Weir, hanya yang membedakan pada pengukuran ketinggian-ketinggian diukur dari dasra perairan sampai garis bawah lubang weir. Dalam mengukur debit airnya dapat menggunakan rumus : Q= 2,54 x H5/2, dengan Q: debit air (cfs); H: tinggi weir (feet). Kemudian setelah ketiga metode ini dilakukan lalu membandingkan metode yang paling efektif untuk mengukur debit air.

HASIL DAN PEMBAHASAN
LOKASI
METODE
SALURAN 1
Embody's Float
Rectangular weir
90o Triangular Weir
W1= 3,24 m
L= 0,32144 feet
H1= 6 cm
D1= 4,5 cm
H1= 6 cm
H2= 5 cm
D2= 13,2 cm
H2= 6,5 cm
H3= 5,5 cm
D3= 12,6 cm
H3 = 12,6 cm
Hrata-rata= 0,1804feet
Drata-rata = 0,0101 m
Hrata-rata= 0,20773 feet
Q= 0,035 cfs
A= 0,8
Q= 0,089 cfs

L= 10 m


T1= 20,29 s


T2= 19,88 s


T3= 27,26 s


Trata-rata= 22,47 s


R= 1,189x 10-1 m3/s


SALURAN 2
W1= 3,29 m
L= 0,328 feet
H1= 3,5cm
D1= 6 cm
H1= 4,3 cm
H2= 4 cm
D2= 11,5cm
H2= 2,5 cm
H3= 4,5 cm
D3= 14,6 cm
H3 = 4,5 cm
Hrata-rata= 0,1312feet
Drata-rata = 0,106 m
Hrata-rata= 0,1236 feet
Q= 3,592x10-3 cfs
A= 0,8
Q= 4,381x 10-2 cfs

L= 10 m


T1= 41,58 s


T2= 36,91 s


T3= 36,23 s


Trata-rata= 38 s


R= 7,73x 10-3 m3/s



Menurut Asdak (1995) Debit aliran adalahlaju aliran air yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuam waktu. Dalam satuan meter per detik atau liter per detik (Cholik, 1991). Debit air juga dapat diartikan sebagai volume air yang mengalir kesuatu titik tiap satuan luasnya (Welch, 1948). Praktikum pengukuran debit air dilakukan untuk mengetahui cara mengukur debit air dengan beberapa metode dan mengetahui cara perhitungan debit air. Debit air dipengaruhi oleh bentuk saluran air, kondisi dasar perairan, ukuran saluran air, dan kemiringan bidang lahan (Sumawidjaja,1974). Semakin besar ukuran batu dasar dan semakin banyak curah hujan, semakin cepat pengukuran air, semakin kuat, dan kecepatan arus cepat, sehingga dapat mempengaruhi debit air (Effendy,2003)
            Praktikum debit air dilakukan dengan 3 metode yaitu Embody’s Float Method, Rectangular Weir, dan 90o Triangular Notch Weir Method, hasil yang didapat pada saluran 1 menggunakan metode Embody’s  float adalah 1,189 x 10-1 m3/s. Hasil didapat dari 3 kali ulangan pada beberapa factor yang mempengaruhi besar perhitungan debit air. Beberapa factor tersebut seperti kedalaman (D) pada saluran 1 besar masing-masing adlah D1= 4,5 ; D2=13,2 ; D3=12,6 cm, didapat D rata-rata  : 10,1 cm = 0,0101 m, sedangkan pada saluran 2 yaitu D1= 6 ; D2=11,5 ; D3=14,6 cm dan didapat Drata-rata : 10,6 cm= 0,106 m. Dari ketiga ulangan pada setiap saluran terjadi perbedaan yang dapat desebabkan karena perbedaan ketinggian dasarperairan saluran pada bagian tepi serta tengah pada saluran, sehingga pada saat diukur mengakibatkan terjadinya perbedaan antara hasil pengukurannya. Kemudian factor waktu tempuh pelampung (bola ping pong) diamati sebanyak tiga kali pada masing-masing saluran , pada saluran 1 didapat hasil T1=20,29 ; T2=19,88 ; dan T3=27,26 second, dengan Trata-rata= 22,47 second. Sedangkan pada saluran 2 yaitu T1=41,58 ; T2=36,91 ; dan T3=36,23 second dengan Trata-rata= 38 second. Terjadi perbedaaan nilai T pada ketiga ulangan pada setiap laporan disebabkan karena perbedaan lama tempuh pelampung (bola ping pong) yang dikarenakan factor aliran angin serta factor-faktor penghambat laju aliran airnya. Sehingga dilakukan tiga kali ulangan pada metode ini adalah agar data yangdiperoleh lebih akurat, konstanta 0,8 karena berbatu/berkerikil.
            Metode yangdigunakan selanjutnya adalah Rectangular Weir, dan 90o Triangular Notch Weir Method. Dan hasil yang didapat pada saluran 1 adalah 0,089 cfs dan 0,035 cfs dari 3 kali pengulangan pada pengukuran weir (H) ketinggian weir yaitu H1=6cm ; H2=6,5cm ; H3=6,5cm dengan Hrata-rata: 6,33cm=0,20773 feet dan pada salauran 2 yaitu H1=4,3cm ; H2=2,5cm ; H3=4,5cm dengan Hrata-rata: 3,76cm=0,1236feet. Terjadinya perbedaan nilai H pada masing-masing ulangan tiap saluran disebabkan karena perbedaan ketinggian dasar. Perairan pada bagian tepi saluran serta bagian tengah pada saluran sehingga pada pada saat diukur mengakibatkan terjadinya perbedaan antara hasil pengukuran debit air dengan menggunakan ketiga metode tersebut. Apabila dibandingkan dari ketiga hasil pengukuran debit air dengan menggunakan metode tersebut, metode Embody’s float memiliki cara pengukuran paling sederhana, karena pada saat praktikum ada 2 saluran yang berbeda, yang pertama pada saluran sungai besar dengan metode Embody’s float dan saluran 2 dengan metode Rectangular weir dan 90o Triangular  wier,jadi jika diterapkan metode rectangular weir dan 90o Triangular weir pada saluran sungai yang besar tidak efektif dikarenakan factor efisiensi alat yang digunakan (weir), serta factor ekonomi pembuatan weir yang besar untuk mendukung sungai yang besar tidak efisien. Olehkarena itu metode yang efektif adalah metode Embody’s float.
            Dari masing-masing pengukuran pada setiap saluran terdapat perbedaan besar nilai debit air pada masing-masing metode. Pada metode Embody’s float nilai debit air saluran 1 sebesar 1,189 x 10-1 m3/s. Sedangkan pada saluran 2 diperoleh hasil 7,73 x 10-3 m3/s. Terjadinya perbedaan besar debit air disebabkan karena perbedaan pada lebar muka air, kedalaman, serta waktu tempuh pelampung pada masing-msing saluran.Semakin besar nilai lebar muka air,kedalaman semakin besar nilai debit airnya (Effendy,2003).Kemudian perbedaan lama waktu tempuh pelampung (bola ping pong) pada saluran 2 yang lebih kecil daripada saluran 1, hal ini dapat disebabakan karena pengaruh aliran angin sehingga laju pelampung bisa berubah-ubah setiap waktu dan bisa mengakibatkan perbedaan kecepatan laju pelampung pada masing-masing saluran,  selanjutnya perbedaan besarniali debit air pada saluran 1 dan 2 yang menggunakan metode Rectangular weir disebabkan karena lebar dan ketinggian weir pada saat dimasukkan kedalam air pada masing-masing saluran berbeda-beda, begitupun pada metode 90o Triangular weir, ketinggian weir  pada saat masuk didalam air pada saluran 1 lebih pendek dibandingkan saluran 2, hal ini desebabkan karena tingkat kekerasan dan ketebalan lumpur pada dasar perairan yang berbeda menyebabkan tinggi weir pada saat dimasukkan kedalam saluran menjadi berbeda. Selain itu, dari kedua saluran masing-masing saluran hasil yang diperoleh antara metode Rectangular weir dan 90o Triangular weir berbeda walaupun pengambilan data diperoleh dilokasai yang sama. Hal ini dikarenakan danya air yang lolos ketika dibendung menggunakan 90o Triangular weir, sehingga niali debit airnya kecil. Namun dari kedua saluran tersebut berdasarkan dari masing-masing hasil data pengukuran metode yang sama-sama paling efektif pada kedua saluran kecil tersebut adalah metode 90o Triangular weir karena memiliki perhitungan yang relative kecil (teliti) dari pada metode Rectangualar weir ataupun metode Embody’s float. Selain itu dalam metode 90o Triangular weur dalam pengambilan datanya hanya mengambil data tinggi air pada saat dimasukkan weir tanpa lebar, hal ini dapat meminimalkan kesalahan.
            Pengukuran debit air menggunakan metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada metode Embody’s float , kelebihannya yaitu pengukuran yang paling sederhana sehingga dapat dilakuakan setiap orang serta hanya memerlukan alat ayng sederhana yaitu bola ping pong, stopwatch dan meteran. Hal ini yang menjadikan pengukuran debit air dengan menggunakan metode ini dapat diterapkan pada perairan dangkal maupun dalam.Selain itu juga dapat diterapkan pada saluran yang memiliki badan air yang besar. Kekurangan dari metode ini adalah pelampung terpengaruh oleh angin, gangguan permukaan sehingga dapat menimbulkan kesalahan pada saat pengukuran. Metode selanjutnya adalah Rectangular weir, kelebihannya adalah tidak membutuhkan banyak pengukuran dan tidak terpengaruh oleh konstanta perairan. Namun kekurangannya sulit dalam mengukur ketinggian air saat dibendung  dan adanya air yang lolos saat dibendung, serta kurang praktis karena harus membuat weir terlebih dahulu dengan bahan yang sesuai. Metode terakhir adalah 90o Triangular weir, kelebihannya adalah tidak memerluakan banyak pengukuran dan tidak terpengaruh oleh konstanta perairan serta data yang diperoleh lebih teliti dan aakuran karena prinsip-prinsip hidrolika dapat diterapkan,namun kekurangan metode ini sulit saat mengukur ketinggian suatu perairan (Sastrodarsono,1995).
            Penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode dapatdijadikan dasar dalam pempraktikkan metode ini dilapangan.Penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode,seperti metode Embody’s float cocok digunakan pada perairan yang mengalir dengan pengaruh angin yang kecil, karena kecepatan arus disungai dapatmemungkinkan pengukuran dengan metode ini.Metode Rectangular weir cocok digunakan pada perairan kecil dan tidak efektif pada perairan yang luas karena harus membendung aliran sungai. Metode 90o Triangular weir cocok digunakan pada perairan yang kecil seperti selokan karena metode ini dilakukan dengan membendung aliran air. Meskipun bisa dilakukan pada daerah yang salurannya besar namun dibutuhkan biaya yang besar untuk membangun weir (Sastrodarsono,1995).
            Hasil pengukuran dan pengamatan dengan emngguanakan ketiga metode tersebut dapat dikatakan bahwa Metode Embody’s float adalah metode yang lebih efektif dalam pengukuran debit air pada perairan yang besar, sedangkan un tuk pengukuran debit air pada selokan, metode 90o Triangular weir adalah metode yang paling efektif dan paling benar karena tidak berpengaruh terhadap konstanta suatu perairan serta lebar weir, dan niali perhitungan yang lebih kecil (teliti). Faktor yang mempengaruhi debit air pada metode 90o Triangular ini hanya tinggi celah weir, dengan demikian setiap ketinggian celah yang dilewati air akan terjadi kenaikan debit.Sedangkan faktor yang mempengaruhi debit air antara lain bentuk dan saluran perairan,kondisi perairan dan kemiringan lahan.
            Praktikum pengukuran debit air ini memiliki manfaat dalam bidang perikanan terutama Manajemen Sumberdaya Perikanan dapat digunakan dalam mengatur distribusi air kolam, kebutuhan oksigen untuk perairan, kebutuhan air untuk irigasi, serta dapat digunakan untuk mengatur besar kecilnya aliran air yang masuk kekolam.
              
KESIMPULAN
            Dalam pengukuran debit air dapat menggunakan beberapa metode untuk mengukurnya. Metode-metode yang dapat digunakan diantaranya adalah Embody’s Float Method, Rectangular Weir, dan 90o Triangular Notch Weir Method. Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan metode yang paling baik dibandingkan metode yang lain adalah Embody’s Float Method yang bisa digunakan untuk mengukur  debit air pada perairan yang besar dengan nilai debitnya pada saluran satu sebesar 1,189 x 10-1 m3/s, sedangkan pada saluran dua sebesar 1,395 x 10-1 m3/s.

SARAN
            Harus melengkapi peralatan yang lebih canggih agar data hasil pengamatan lebih akurat(teliti). Praktikum harus lebih elas dalam pembahasan pada saat terjadi kesalahan dalam praktikum karena apabila pembahasan tidakjelas maka data yang dibandingkan tidak sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C.1995.Hidrologi dan PENGELOLAAN Daerah Aliran Sungai.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
Branmark, C and L.A.Hanson.1998.The Biology of Lakes and Ponds.Oxford University Press.Oxford.216P
Cholik. 1991. Jurnal Penelitian Perikanan. Pusat Penelitian Perikanan. Dirjen Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Effendy,H.2003.Telaah Kualitas Air.Kanisius.Yogyakarta
Hadiwigeno.1990.Petunjuk Praktis Pengelolaan Perairan Umum Bagi Pembangunan Perikanan. Departemen Perikanan, Badan Penelitian dan Pembangunan Perikanan.Jakarta.hal.80
Nybakken, C.1988.Efek Penginderaan Terhadap Kualitas Air.Jurnal Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta
Odum, E.P.1971.Dasar-dasar Ekologi.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
Sachlan, M. 1982. Planktonologi.  Correspondence Course Centre.  Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. 141 p
Sastrodarsono,Takasaki.1995.Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan.PT Pradnoyo Paramitha.Jakarta
Sumawidjaja K. 1974. Limnologi. Proyek peningkatan mutu perguruan tinggi. IPB.
81 p.
Welch, P.S.1948.Lymnological Method.MC.Grow-Hill Book Company Ink.New York

Tidak ada komentar:

Posting Komentar